Minggu, 09 Oktober 2011

KADO TERINDAH

Gambar dari http://www.anneahira.com

Mas Doddy tiba-tiba saja sudah ada di dekatku. Dekat sekali, sambil menatap lekat wajahku. Hingga hembusan nafasnya terasa olehku. Aku jadi salah tingkah. Ah, Mas Doddy masih saja seperti dulu. Sepuluh tahun yang lalu ketika aku masih pacaran dengannya. Pacaran setelah menikah, begitu indah bila dirasa. Seperti indahnya bunga-bunga surga. Aku tersenyum sendiri dalam hati.
          “Ada apa sih, Mas? Jangan memandangiku seperti itu, ah!” kataku sambil menggeser tempat dudukku. Tapi Mas Doddy tetap saja pada posisinya, tak beranjak sedikit pun. Hingga aku tak bisa bergerak. Malah sesekali tangannya yang kekar itu bergelayut manja di pinggangku. Dia memelukku erat.
“Sayang, jalan-jalan, yuk!” ajak Mas Doddy lembut di telingaku yang sempat menggetarkan hati.
“Bosan di rumah terus. Sekali-kali kita memanjakan diri. Sekalian cari makan di luar. Jadi hari ini nggak usah masak. Gimana, yang?”
          Sebenarnya aku ingin menyampaikan kabar gembira ini secepatnya kepada Mas Doddy. Tapi aku ragu. Bingung. Bagaimana nanti kalau dia mendengar kabar baikku ini? Pastinya dia akan bahagia atau justru tambah kaget, ya? gumamku dalam hati. Tapi aku harus menyampaikan hasil testpackku kemarin. Bismillah, semoga Mas Doddy bahagia mendengar berita ini.
“Yang, kok diam aja, sih? Lagi marah ya, sama Mas?”
“Nggak kok, Mas. Aku cuma bingung memulainya.”
“Mas…”
“Iya, sayang. Ada apa? dari tadi senyam senyum melulu,” sambil mengerlingkan mata elangnya.
“Aku ingin memberikan sesuatu yang terindah buat Mas Doddy. Mau nggak?”
“Apa itu?”
“Kado.”
“Kado> Emang kado buat apa? Mas kan nggak lagi ulang tahun?”
“Iya sih, tapi apa salahnya?”
“Tahu nggak Mas, aku…”
“Aku positif hamil, Mas,” sambil tersenyum kuperlihatkan hasil testpack yang bergaris merah dua padanya.”
Diam tak ada jawaban.
“Benar yang, apa yang barusan kamu katakan? Mas, nggak salah dengar nih? Kok bisa?!” Masih dengan raut wajah tak percaya.
“Iya, Mas. Nggak salah. Aku hamil. Coba lihat baik-baik hasil testpackku!” pintaku sekali lagi. Dia pun kembali mengamati hasil testpackku itu.
Tiba-tiba…
“Alhamdulillah, setengah berteriak tak percaya, Mas Doddy langsung sujud syukur. Tangis pun tumpah seketika. Aku tahu, Mas Doddy begitu bahagia mendengar kabar ini.
Masih terlihat jelas, delapan tahun yang lalu. Mas Doddy menerima hasil resume uji kesuburan dari sebuah Rumah Sakit terkenal di Jakarta. Dan hasilnya negatif. Kaget bercampur sedih. Bagaimana pun Mas Doddy harus menerima kenyataan itu. Kenyataan bahwa selamanya dia tidak bisa punya anak dari darah dagingnya sendiri. Aku percaya, Mas Doddy orangnya kuat dan teguh imannya. Mas Doddy hanya percaya kepada Allah. Allahlah Yang Maha Berkehendak. Allahlah Yang Maha Berkuasa atas segalanya.
Kami tak henti-hentinya berusaha, berdoa dan memohon kepadaMu, Ya Allah. Sepuluh tahun lamanya, aku dan Mas Doddy menanti sang buah hati. Dan penantian itu pun berakhir. Hari ini, Allah mengabulkan doa kami. Terima kasih Ya Allah atas anugerah yang terindah dariMu. Kami pun tersenyum bahagia.

***
Tulisanku ini terinspirasi dari sahabatku sendiri yang sudah menikah selama hampir sebelas tahun tetapi sampai sekarang belum dikarunia keturunan. Semoga Allah Subhanahu wata’ala segera memberi momongan buat mereka berdua. Aamiin.

Menurut pendapat “Proof Reader” terkait dengan tulisanku ini bahwa pertama dalam pengambilan judul sudah bagus, sesuai dengan jalan ceritanya, kedua mengubah alur dari cerita aslinya dan ketiga masih banyak EYD yang perlu diperbaiki. Sempat kena peringatan juga nih karena setiap tugas yang diberikan, aku selalu mengubah alur ceritanya he he memang aku lebih suka seperti itu biar bisa berekspresi sendiri. Murid yang satu ini emang bandel kok he he








 






1 komentar:

  1. Tulisan yang menarik. Singkat dan mendebarkan, apalagi gaya bahasanya yang bikin ‘deg-deg’an. ( Hehehe…ini mah mupengnya yang baca aja kali ya.) Kalau dikaitkan dengan tulisan sebelumnya, memang ini nda ATM, tapi why not? Toh tulisan ini juga sangat menarik.

    Bagaimana kalau saya tantang untuk melanjutkan tulisan ini?

    “Alhamdulillah!", setengah berteriak tak percaya, Mas Doddy langsung sujud syukur. Tangis pun tumpah seketika. Aku tahu, Mas Doddy begitu bahagia mendengar kabar ini.

    Tapi semua ini hanya berlangsung beberapa detik. Bagai tersadar dari mimpi, Mas Doddy nanar menatapku.

    “ Hasil tes kesuburan itu? Jelaskan, sayang. Jelaskan padaku! Bagaimana ini bisa terjadi? Kamu…kamu….?” Mas Doddy tak mampu melanjutkan kata-katanya. Badannya gemetar. Tatapannya tak sabar meminta penjelasan. Dan inilah episode yang sangat aku takutkan.

    BalasHapus