Minggu, 30 Januari 2011

INILAH BLOGKU



            Alhamdulillah, akhirnya blogku ini selesai sudah. Siap untuk menyapa siapa saja dengan senyuman, baik saudara maupun sahabat-sahabatku di dunia maya. Setiap hari berkutat dengan angka-angka kadang membuatku jenuh. Pikiranku terasa penuh, bukan hanya urusan kantor tapi juga urusan-urusan lain yang begitu menyita waktuku. 

Kadang aku melampiaskan kejenuhanku itu dengan jalan-jalan ke mall. Apa yang bisa aku lakukan di Surabaya selain jalan-jalan ke mall. Dimana-mana di setiap sudut kota dibangun pusat-pusat perbelanjaan. Apa gak malah tambah pusing  tujuh keliling karena uang pastilah keluar, gak mungkin hanya sekedar jalan-jalan aja. Di Surabaya gak banyak tempat wisata yang bisa aku nikmati. Kalaupun ada, ya…tidak jauh-jauh dari apa yang namanya mall. Apa aku yang gak tahu tempat-tempat wisata ya? hehehe.., emang gue pikirin. 

Sekarang aku sudah gak sempat lagi jalan-jalan ke mall. Pas butuh aja, baru aku pergi ke mall karena ada sesuatu yang harus aku beli. Aku lebih suka diam di rumah, ngerjakan apa aja yang bisa aku kerjakan dan salah satunya adalah belajar menulis. Inilah dunia baruku di sela-sela kesibukanku. Aku berusaha untuk menuangkan catatan-catatan kecilku ke dalam sebuah tulisan dengan sisa-sisa tenagaku.

Baru kali ini aku menuangkannya ke dalam blog yang boleh dibilang masih sederhana, perlu banyak belajar dan berbenah diri. Blogku ini, aku namakan Catatan Mutiara. Mutiara adalah arti namaku, Luluk yang artinya Mutiara

Mutiara bagiku, bukan terletak pada keindahan fisik tapi lebih pada keindahan akhlak dan perilakunya dan bukan pula terletak pada kecantikan wajah yang melenakan, namun ketawadhu’an yang memikat jiwa. Betapa semua itu akan menjadi aura yang terpancar dan menjadikan sosok wanita sholehah. Sosok wanita yang tetap tegar dan sabar diantara ujian-ujian yang menyapanya, ibarat sebutir mutiara apabila dilempar dan jatuh dikubangan lumpur sekalipun, mutiara itu masih tetap bercahaya. Itulah harapanku…

Aku tidak begitu pintar untuk menyampaikannya dengan lisan, tapi aku berusaha untuk menguraikannya dalam bentuk tulisan. Aku mencoba untuk menulis apa aja yang aku bisa.

Tulisan-tulisanku ini masih jauh dari sempurna. Mohon maaf apabila apa yang aku tuangkan disini mempunyai sisi-sisi lain yang berbeda, atau mungkin ada kesamaan dalam pengambilan judul, mohon kritik dan sarannya. Aku juga manusia yang tidak luput dari khilaf dan dosa. Semoga dengan tulisan-tulisan ini, kita bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya, bisa saling berbagi, saling melengkapi, saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling mendoakan. Amin Ya Robb...


IMPIANKU YANG TERTUNDA



Di sudut kamarku yang mulai berdebu, kutemukan sebuah buku yang terselip diantara buku-buku koleksiku, majalah-majalah, buku agenda dan catatan-catatan kecilku yang  mulai usang dimakan waktu. “Langit Jingga Hatiku” (Memoar Seorang Penulis Wanita). Ada pesan khusus di lembaran buku itu “Toek : Adikku Luluk, Love!”.  “Ah..., itulah sebentuk cinta dari Mbak Pipiet Senja kepadaku, siapa lagi kalau bukan penggemar beratnya”. 
Kuteringat, dimana saat itu aku masih menjadi seorang mahasiswi. Kemana-mana kalau ada acara seminar tentang kepenulisan pasti deh aku usahakan untuk ikutan meramaikan. Aku sebenarnya kurang suka dalam dunia tulis-menulis, aku lebih suka dunia yang berkutat dengan angka-angka. Aku lebih senang pelajaran akuntansi dan Matematika daripada Sastra Indonesia, Sejarah, Geografi atau yang lainnya. Tapi apa salahnya kalau aku belajar, aku ingin mengikuti jejak kakakku yang juga seorang penulis.
Sempat aku membayangkan bagaimana kalau seandainya aku bisa menjadi penulis beneran. Wah…asyik dong, bisa memburu dollar dengan hanya diam aja di rumah sambil menulis, menjadi istri yang sholehah buat suamiku kelak dan sekaligus menjadi ibu yang baik buat anak-anakku yang sholeh dan sholehah. Apalagi kalau udah dikenal banyak orang, jadi selebritis dong he..he..he...mimpi kali ye?! Ups…astaghfirullah! Maafin hambaMu ini Ya Allah yang terlalu berlebihan dalam berangan-angan.
Pernah suatu kali, aku sempat ditanya sama Mbak Asma Nadia. “Dik Luluk juga suka menulis ya seperti Mas Bih?” (Mas Bih, panggilan Mbak Asma buat Kakakku).
"Kalau saya sih, lebih suka membaca dan mengoleksinya daripada menulis Mbak, saya gak PD, apalagi kalau dibandingkan dengan kakak saya, jauh Mbak, ” aku jawab sekenanya sambil tersenyum malu.
Akhirnya kuawali semua itu dengan membaca. Membaca buku-buku karya penulis terkenal seperti Helvi Tiana Rossa, Asma Nadia, Dian Yasmina Fajri, Pipiet Senja, Fauzil ‘Adhim, Habiburrahman El Shirazy,  Sakti Wibowo dan ada juga yang lainnya. Aku cuma mempunyai beberapa koleksi buku aja, selebihnya pinjam dan dipinjami Kakakku yang penulis itu. Alhamdulillah punya Kakak seorang penulis, jadinya aku gak terlalu banyak mengeluarkan kocekku untuk membeli buku-buku yang aku suka.
Sambil membaca, aku coba untuk memulai menulis. Menulis diatas Diary Kecilku, kadang-kadang kutuangkan di atas lembaran-lembaran kertas kosong tak beraturan. Seringkali aku berhenti di tengah-tengah sebelum tulisan itu kelar. Rasa bosan kadang melanda, bingung apa yang mau ditulis. Cari judul yang pas aja kadang sulitnya minta ampun. Ya… karena aku bukan seorang penulis. Pernah aku curhat sama Kakakku, “Mas gimana sih jadi seorang penulis? Kadang pikiranku buntu gak bisa diajak kompromi, malas, bosan jadi satu deh pokoknya. Seringkali hasil tulisanku gak bisa fokus, ibarat pikiran tuh bercabang. Apa sih enaknya jadi penulis? Lebih baik aku disuruh menghitung daripada menulis. Aku gak punya bakat menulis tapi aku pengiiin…!,” kataku sambil merajuk. Kakakku hanya senyum-senyum aja melihat kebingunganku.
 “Menulis itu bukan karena punya bakat atau tidak. Sebenarnya setiap orang bisa menulis, tinggal diasah aja, misal dengan mengikuti seminar-seminar tentang kepenulisan, memperbanyak latihan menulis, mencari beberapa artikel atau tulisan orang lain kemudian disimpulkannya sendiri dengan gaya bahasa kita sendiri atau juga membaca buku-buku karyanya penulis terkenal, majalah, bulletin, dan banyak jalan yang bisa kita lakukan untuk menambah wawasan tentang kepenulisan”.
Seperti dikatakan Mbak Pipiet Senja dalam bukunya “Langit Jingga Hatiku”, bahwa bakat hanya sekian persen, selebihnya adalah bagaimana kita mendisiplinkan diri untuk selalu menulis, menulis dan menuliiiisss! Menulis itu sungguh menyenangkan. Inilah sikap yang harus kita tanamkan pada diri sendiri. Tulislah hal-hal yang sederhana, hal-hal yang sering kita alami, pengalaman sendiri atau teman-teman. Jangan memulai menulis dari yang njelimet-njelimet. Bila Anda merasa sudah berjuang sedemikian keras dalam mencapai cita-cita sebagai penulis, tetapi belum juga berhasil…Tak mengapa, mungkin Allah Swt telah menyediakan lahan lain yang lebih menguntungkan Anda di suatu tempat.
Tapi itu dulu…belasan tahun yang lalu. Tulisanku pun tidak pernah aku publikasikan, hanya kurangkai dan kubaca sendiri. Itulah aku, orangnya gak PD-an dengan hasil karyanya sendiri.
“Kayak kemarin-kemarin, aku ditanya lagi sama temen-temenku. Gimana Mbak? Katanya mau menulis?! Kakaknya aja bisa, masak sampeyan sebagai adiknya gak bisa menulis. Pastinya punya bakatlah Mbak, gak jauh-jauh beda dengan Mas Beh!”
Pertanyaan itu gak sekali aja, sudah beberapa kali malah. Dan sekarang aku mendapatkan email yang nadanya juga sama dari seorang sahabatku di dunia maya. “Ukhti!”, begitu dia memanggilku. Ukhti menulis? Rencananya mau dipublikasikan dimana, eramuslim? kotasantri? atau mau buat blog sendiri? Aku senyum-senyum sendiri. Jadi malu, aku itu tidak ada apa-apanya. Aku orangnya biasa-biasa aja. Aku hanya bisa menulis di atas diaryku, ya....buat dibaca sendiri aja, rasanya gak layak untuk dipublikasikan.
Entah kenapa, akhir-akhir ini banyak yang mendukungku untuk segera menulis, yang tadinya hanya di atas diary diminta menuangkannya di sebuah blog. Aku merasa tertantang, tapi tanganku sudah terlanjur kaku untuk digerakkan. Aku sudah lama gak menyentuh Diary Kecilku lagi, malah sekarang aku gak tahu keberadaannya dimana, karena aku sering berpindah-pindah tempat. Maafin aku Diary Kecilku!
Benar apa yang dikatakan Mbak Pipiet Senja, kita harus berjuang sedemikian kerasnya untuk mencapai cita-cita dan rasanya aku ini belumlah apa-apa. Aku salut dengan perjuangan beliau, walau dalam keadaan sakit sekalipun, beliau sempatkan untuk menulis, menulis dan menuliiisss.
Malam ini, akan aku coba untuk menyapanya kembali dengan lembaran-lembaran diaryku yang baru. Akan aku rangkai kata demi kata menjadi sebuah tulisan dengan sisa-sisa tenagaku. Aku ingin mewujudkan impianku yang tertunda.

Gambar diambil dari sini

PANTASKAH AKU




Pantaskah aku…
Bila di setiap kegundahanku  

Aku memohon kepada-Mu
Pantaskah aku…
Bila di setiap kegelisahanku 

Aku mengadu kepada-Mu



Sedangkan aku…
Aku membiarkan begitu saja lingkaran waktuku
Hingga berlalu di hadapanku
Tanpa bisa kuputar kembali

Sedangkan aku…
Aku kadang terlelap dalam mimpiku
Hingga sepertiga malam-Mu kulewati
Tanpa sedikitpun goresan makna-Mu

Sedangkan aku…
Aku kadang membiarkan lidahku kelu
Hingga aku pun lupa diri
Tanpa kusadari tidaklah punya arti

Ya Allah…Pantaskah Aku…

Gambar diambil dari sini

Sabtu, 29 Januari 2011

AJARILAH AKU


Ya Allah…
Sudah kesekian kalinya Engkau mengujiku
Hingga aku menjadi kuat
Sudah kesekian kalinya Engkau menyapaku
Hingga aku bisa tetap tegar

Tapi…
Kali ini hamba begitu lemah
Kali ini hamba begitu rapuh
Kali ini juga…
Hamba-Mu ini begitu berat


Aku ingin melepas semua kelelahanku
Aku ingin lari dari segala keharu biruku

Ya Robbi…
Kutengadahkan wajahku yang kuyu ini
Di hadapan-Mu
Kugantungkan hati
Pikiran dan diri ini kepada-Mu


Kepada-Mu ..
Yang Maha Besar

Kepada-Mu ..
Yang Maha Memberi Kesembuhan
Kepada Engkau ..
Yang Maha Mengobati hati dari setiap kesedihan
Hanya kepada Engkaulah segala tumpuan doa kupanjatkan


Aku percaya kepada-Mu Ya Allah…
Engkau Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Mu
Engkau selalu memberi apa yang aku butuhkan
Meski mungkin bukan yang aku inginkan

Ya Allah…Ilahi Robbi...
Ajari aku untuk bersabar…
Ajari aku untuk senantiasa Ridho atas takdir-Mu…
Ajari aku Yaa Robbi…
Ajari aku untuk memperbaiki hatiku
Allah…
Ajarilah aku…

     Di Sudut Kamarku, dalam kesendirian

Gambar diambil dari sini