Jumat, 14 Oktober 2011

DI ATAS PUSARA ITU

Gadis berkerudung merah jambu itu merenung sambil sesekali tangannya mencabuti rumput yang tumbuh liar di atas pusara Abahnya. Lama dia tak menjenguknya. Air matanya pun mengalir deras.

***

“Abah, Sasa berangkat dulu, ya!” teriaknya sambil setengah berlari ia berpamitan pada Abahnya.

Kontan saja Abahnya terkejut mendengarnya.

“Lembutkan suaramu, Nduk, itu tanda cinta terhadap Nabimu,” tegur Abahnya kala itu.

“Astaghfirullah, mau kemana dengan pakaianmu seperti itu, Nduk!”

“Ada acara temu kangen sama teman-teman SMA ku dulu, Bah,” jawab Sasa dengan entengnya.

“Udah ya Bah, keburu telat, nih!” ucapnya dengan merengek.

“Kamu nggak malu sama Allah. Wanita itu wajib menutup auratnya, Nduk, bukan malah diumbar dan dipertontonkan kepada yang bukan muhrimnya.”

“Ah, Abah kayak nggak tahu aja. Ini kan model baju yang lagi ngetren sekarang Bah.”

“Astaghfirullah! Nyebut Nduk, sama Gusti Allah. Coba kalau nanti kamu dipanggil Gusti Allah dalam keadaan belum berjilbab, jawaban seperti apa yang akan kamu berikan, Nduk?!”

Sasa tak lagi berani melihat wajah Abahnya. Dia pun menunduk tak lagi bicara. Dia paling takut kalau mendengar tentang kematian.

“Sudahlah Bah, masih ada hari esok.” ucap istrinya pelan.

“Bu, sebentar lagi petang, tidak akan sempat lagi kita mengajarinya tentang ada dan ketiadaan. Ingat gunakan waktu luang sebelum waktu sempit, anak kita perlu mengenal kematian, agar kelak dia akan lebih bertaqwa kepada Yang menyembunyikan siang ketika datang waktu malam. Setiap manusia pasti akan kembali kepadaNya. Kita tidak akan pernah tahu kapan dan dimana. Aku khawatir nanti sepeninggalku, aku belum bisa membina dan mendidik keluarga ini menjadi keluarga yang sakinah. Keluarga yang dipenuhi dengan Rahmat dan Ridho Allah. Dan kelak di akhirat, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah.”

“Injih Abah.”

Tiba-tiba…

“Nduk, ayo kita pulang! Tuh, kasihan Nak Herman sudah menunggu lama,” ucap Ibunya pelan membuyarkan lamunannya.

“Bu, aku masih kangen Abah. Ijinkan aku barang sebentar untuk mendoakan Abah, ya!” pinta Sasa kepada Ibunya sambil melirik suami tercintanya.

“Ah, wajah tampan itu tersenyum santun kepadaku. Ya Allah aku bersyukur kepadaMu telah Engkau beri aku suami yang sholeh. Suami yang bisa mendekatkanku kepadaMu. Terima kasih Ya Allah,” gumam Sasa sambil mengusap airmatanya.

Lalu dia pun larut dalam doanya.

***
Ini hanyalah latihan menulis, inilah tugas keduaku ketika mengikuti Kelas Menulis. Cerita yang harus diamati, ditiru dan dimodifikasi adalah sebagai berikut :

Jubahku berkelebat hebat di samping pesarean mbah Kyai Jebat. Lelaki kecil itu tak henti-hentinya memandangi mataku yang sudah mulai memerah. "Abah ayo kita pulang!" ucapnya dengan merengek.
   "Lembutkan kata-katamu Le, itu tanda cinta terhadap Nabimu," tegurku.
   "Zauj, biar aku ajak Hadziq keluar dari sini."
   "Khumairu, sebentar lagi petang, tidak akan sempat lagi kita mengajarinya tentang ada dan ketiadaan."
   "Masih ada hari esok."
   "Ingat gunakan waktu luang sebelum waktu sempit, anak kita perlu mengenal kematian, agar kelak dia akan lebih bertaqwa kepada Yang menyembunyikan siang ketika datang waktu malam."
   "Injih Abah."
   Tiba-tiba...
   "Abah ayo kita pulang!" ucap lelaki kecil itu pelan. "Kue tante Lisa yang cantik nanti keburu habis!" bisiknya di telingaku.
   "Kue tante cantik? Astaghfirullah, saran diterima!!" batinku.
   "Bisik-bisik apa siy?!“

***

3 komentar:

  1. nah, kalau yang ini berasa suasana ruang ATM nya. ( mo narik duit kali, pakai masuk ruang ATM segala, hehehe ).

    Tapi kalau boleh berpendapat, saya lebih suka gaya 'mbangkang'mu di postingan terdahulu ( Kado Terindah ).

    Sekedar saran, undang banyak sahabat untuk membaca postingan bagus ini dengan cara rajin blogwalking. OK? Lanjutkan!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Aku udah kena teguran termasuk postingan ini juga. Jadinya aku agak membatasi diri dalam hal ini. Membaca tulisanku yang ini terasa kaku nih. Ya karena aku nggak bisa berekspresi sesuai keinginanku he he kalo seperti itu ya namanya bukan ATM lagi dong kayak tulisanku pertama. Bisa-bisa nggak lulus nih karena membangkang.

    Insya Allah. Saran diterima. OK. Semangat!

    BalasHapus