Senin, 28 November 2011

SEBUAH RENUNGAN

Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat digilas keimanan.
Keyakinan hanya tinggal pikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan.
Banyak orang baik tapi tak berakal
Ada orang berakal tapi tak beriman

Ada lidah fasih tapi berhati lalai
Ada yang khusuk namun sibuk dalam kesendirian
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis
Ada ahli maksiat, rendah hati bagaikan sufi

Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat
Dan ada yang banyak menangis karena kufur nikmat
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat
Dan ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut
Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan
Dan ada pelacur tapi jadi figur

Ada orang punya ilmu tapi tak paham
Ada yang paham tapi tak menjalankan
Ada yang pintar tapi membodohi
Ada yang bodoh tak tahu diri
Ada orang beragama tapi tak berakhlak
Dan ada yang berakhlak tapi tak bertuhan

Lalu dari semua itu dimanakah aku berada?

(Imam Ali Bin Abithalib as)

Jumat, 25 November 2011

SIAPA YANG DAPAT PASTI CEPAT

Beberapa bulan yang lalu, adikku yang bungsu melangsungkan pernikahan. Ketika itu aku lagi bercanda dengan kedua keponakanku.

“ Bulek. Bulek Nia itu kan adiknya Bulek. Mestinya yang nikah duluan itu Bulek bukan Bulek Nia.” Protes Ais keponakanku kala itu.
“ Ya, Bulek kan belum dapat. Kalau Bulek Nia udah dapat duluan. Siapa yang dapat pasti cepat, “ jawabku ketika itu.
“ Lho, kok gitu. Siapa yang cepat pasti dapat. Bulek ngarang, ya?“ sambil ketawa mencubitku.
“ Kalau yang ini lain, Mbak Ais. Siapa yang dapat pasti cepat. Insya Allah. Masak Bulek suruh cepat-cepat sedangkan Bulek belum dapat. Kalau udah dapat ya segera menikah karena kalau terlalu lama malah nanti tambah banyak dosa.” Aku tegaskan sekali lagi sama keponakanku itu.
 “ Hayo, sekarang Mbak Ais yang harus tanggungjawab, nih!“ kataku sambil tersenyum tipis menggodanya.
“ Lho, kok Mbak Ais yang harus tanggungjawab. Bulek sih, nggak mau nyari.“
“ Bulek bukannya nggak mau nyari tapi Bulek maunya dicariin. Mungkin Mbak Ais bisa bantuin Bulek. Mau nggak?“ aku sendiri sebenarnya cuma bercanda, eh malah dia yang serius.
“ Bantuin gimana? Emang Bulek maunya seperti apa?“
“ Yang pasti laki-laki, Mbak Ais.”
“ Ya, iyalah masak perempuan. Itu namanya jeruk makan jeruk, Bulek.” Fia adiknya Ais tiba-tiba ikutan nguping juga rupanya.
“ Bulek, Bulek itu cocoknya sama Om Mukhlis.” pinta Fia kala itu.
“ Hah, sama Om Mukhlis.” Aku agak terkejut juga.
“ Iya, Om Mukhlis yang biasanya nganterin Bulek ke sini itu lho. Itu kan pacarnya Bulek.”
“ Ya, yang benar aja Mbak Fia. Itu bukan pacarnya Bulek.“
“ Tapi setiap main ke rumah, Bulek pasti boncengan sama Om Mukhlis. Itu artinya Bulek pacaran kan?” protesnya sambil tersenyum padaku.
“ Bukan berarti boncengan itu artinya pacaran Mbak Fia. Di dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Lagian Bulek maunya menikah bukan pacaran. Dan Om Mukhlis itu adiknya Bulek. Kalau sama adik sendiri kan nggak apa-apa boncengan tapi tidak boleh menikah.”
“ Lho, kok gitu.”
“ Iya, dalam ajaran agama, kita tidak boleh menikah dengan saudara sekandung.”
“ Apa itu saudara sekandung?”
“ Saudara sekandung itu, saudara yang dilahirkan dari Ibu yang sama, mereka mempunyai orang tua yang sama. Seperti juga Mbak Ais dengan Dik Azril, sama-sama anaknya Ibu Farida dan Ayah Bahtiar.”
“ Oh, gitu ya. Ya udah kalau gitu Bulek sama Om Iwan aja.”
“ Om Iwan yang mana?” tanyaku ketika itu.
“ Om Iwan yang kemarin pernah ke rumah memperbaiki komputernya Ayah.”
“ Kalau itu sih udah punya istri, sayang.”
“ Tapi kalau kesini kok sendirian, nggak sama istrinya.”
“ Ya, iyalah Mbak Ais. Masak kemana-mana istrinya harus diajak.” Aku jadi tersenyum sendiri.
“ Udah ah, ngomongin yang lain aja, deh.”
“ Eh, entar ta Bulek. Oh ya, sama Om Eko aja!”
“ Aduh, lagi-lagi Om Eko. Om Eko itu masih saudara sendiri, sayang. Udah ya, kalau begini terus, Bulek pulang nih.”
“ Ya, jangan dulu ta Bulek. Belum selesai. Katanya tadi suruh nyariin.”
“ Enggak jadi deh, tadi Bulek cuma bercanda aja kok.” Hehehe

Ini yang ribut kok malah keponakannya. Wah, hati-hati kalau main ke rumah Kakakku, bisa-bisa jadi sasaran nih sama keponakan-keponakanku hehehe

Kamis, 24 November 2011

BELAJAR DAN TERUS BELAJAR


Belajar untuk menerima
Meski kadang tak sanggup
Belajar untuk memahami
Meski kadang rumit 

Belajar untuk ikhlas
Meski kadang tak rela
Belajar untuk bersabar
Meski kadang terbebani

Belajar untuk istiqomah
Meski kadang tergoda
Belajar dan terus belajar dengan keyakinan seteguh karang

Walau tlah menjadi kodrat, hati seperti air laut
Pasang surut dan sering terbawa arus
Maka tetaplah belajar untuk tetap di jalan yang benar dan
Bersabarlah untuk tetap di jalan Allah.

Senin, 14 November 2011

KENANGAN MASA KECILKU DI BANGKU SEKOLAH DASAR

Tradisi memberikan PR di kalangan Blogger? Kalau tidak salah aku pernah membaca postingan yang mirip seperti ini di blognya Mbak Niar beberapa waktu lalu. Aku sempat mengenal beliau gara-gara membaca postingan Pemenang Event Book Your Blog di blognya Abi Sabila. Tapi maaf Mbak Niar, aku membacanya sambil lalu. Aku lebih suka membaca tulisannya Embak tentang Athifah. Lucu. Bikin aku ketawa. Namanya juga anak-anak hehehe

Aku sendiri mulai aktif ngeblog bulan Januari 2011 dan bisa dibilang masih baru di kalangan para pecinta blogger. Tulisan-tulisanku pun hanyalah sebuah catatan harian seorang mutiara. Sebuah catatan harian? Mestinya bisa menulis setiap hari dong? :) Ya begitulah kira-kira tapi ternyata aku sendiri jarang sekali menulis apalagi blogwalking hehehe sampai-sampai ada yang berkomentar, postingan yang barunya mana Mbak? Dari Mbak Dey yang kemarin baru saja berkenalan denganku. Aduuhh mukaku ditaruh dimana nih, malu rasanya.

Tapi setelah ketiban sampur dari Abi Sabila untuk meneruskan mengerjakan PR-nya, blogku jadi lebih berwarna seperti warna pelangi di senja hari :) Dan aku pun bisa bersilaturrahim ke blognya Kang Matahari Timoer. Baru kali ini aku mendengar nama itu.   Ternyata beliaulah orang pertama yang menghidupkan kembali tradisi ini dengan memberikan PR tentang bagaimana mengenang hal-hal tertentu ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Perasaan dari tadi kok ngomong terus, kapan ngerjain PR-nya? hehehe

Mengenang masa kecil di bangku Sekolah Dasar rasanya menyenangkan. Apalagi membicarakan Guru Favorit, bagiku semua guru adalah baik. Masing-masing mempunyai kenangan dan kesan tersendiri di hatiku. Tapi tidak semua guru yang baik adalah favorit. Pengin tahu guru favoritku? Guru favoritku adalah Ibu Mariyam. Dan ternyata bukan aku saja yang mengidolakan beliau tapi juga sembilan saudaraku karena mereka juga bersekolah di tempat yang sama. Dan  setiap lebaran tiba, kami selalu menyempatkan waktu untuk bersilaturrahim ke rumah beliau. Dan entah kenapa, kami mempunyai kesan yang sama dengan beliau. 

Tapi ada satu guru lagi yang sampai sekarang pun aku masih mengingatnya, bukan karena apa-apa tetapi lebih kepada penampilannya. Beliau selalu memakai baju bleser dengan warna yang sama dari atasan sampai bawahan termasuk sepatunya. Kalau blesernya warna merah, sepatunya pun juga warna merah. Kalau blesernya warna hijau, sepatunya pun juga warna hijau. Teman-teman biasa menyebutnya Kleting Merah, Kleting Hijau atau Kleting Biru kalau kebetulan beliaunya pakai baju warna biru. Masih muda dan cantik lagi. Tapi jangan salah menilai, walaupun penampilannya seperti itu, beliaunya baik lho. Terbukti ketika aku mengikuti lomba menggambar, beliaulah yang mengajariku. Ternyata beliau mempunyai bakat menggambar juga :) Terima kasih Bu Guru Cantik, itulah sebutan yang masih aku ingat setiap kali Bu Guru itu lewat di depan kelasku, sampai-sampai aku sendiri lupa namanya. Maafin aku Bu Guru Cantik ! Tak ada yang pantas aku ucapkan selain rasa terima kasih yang tak terhingga kepada guruku.
Terima kasihku kuucapkan
            Pada guruku yang tulus
            Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
            Untuk bekalku nanti…
Begitulah kira-kira lagunya. Lagu ini menjadi kenangan tersendiri dalam hatiku. Jadi terharu deh.

Lain lagi dengan Guru Killer. Guru Killer? Nggak ada tuh. Bagiku semua guru adalah baik. Semua mempunyai kenangan dan kesan tersendiri di hatiku. Hanya mereka yang nggak mengerjakan PR, dan suka membolos saja yang mengganggapnya killer :) Makanya aku segera mengerjakan PR walaupun terlambat hehehe sama saja dong :) Siap-siap nih disetrap sama yang memberi PR hehehe

Aku ini orangnya nggak suka membolos apalagi mempunyai Teman Membolos. Kalau aku disuruh nyebutin. Siapa ya? Seingatku nggak ada yang mengajakku membolos. Alhamdulillah semua baik-baik kepadaku.

Teman Berantem? Teman membolos saja nggak punya, nggak level tuh. Aku itu orangnya kalem, pendiam kalau lagi tidur dan nggak suka rame-rame apalagi berantem. Oh no!

Daripada berantem, mendingan kita bicara masalah Jajanan Favorit saja deh. Klenyem dan jenang grendol. Dua jajanan inilah yang masih bisa aku ingat dan termasuk jajanan langka karena selama aku di Surabaya nggak pernah ada yang namanya Klenyem dan Grendol. Klenyem terbuat dari ketela rambat yang direbus dan dihaluskan kemudian dicampur dengan gula terus dicelupin ke adonan tepung lalu digoreng dan siap untuk disantap.

Ada yang tahu nggak jenang grendol? Jajanan ini terbuat dari tepung sagu lalu dibuat adonan dan dipotong kotak-kotak atau dibuat bulat-bulat kecil kemudian dimasukkan ke dalam air yang sudah mendidih. Kalau sudah setengah matang baru diberi gula merah dan garam. Jadi deh jenang grendolnya dan siap untuk dimakan. Yummy! Eh jangan lupa akan lebih enak kalau ditambahin santan di atasnya. Waah, jadi lapar deh. Tapi sayang aku nggak punya gambarnya. Sampai sekarang pun kedua jajanan itu masih ada lho yang jualan di Ponorogo. Satu mangkok jenang grendol cuma seribu rupiah. Nggak percaya? Coba saja datang ke rumahku hehehe

Mainan Favorit. Siapa yang nggak suka bermain ketika SD? Kalau aku sukanya mainan Bola Bekel. Ini khusus mainan untuk anak perempuan tapi rasanya nggak seru kalau belum ikutan Bak Sodor. Dan kebetulan halaman rumah tetanggaku sangat luas seperti lapangan sepak bola. Jadi deh buat tempat kita bermain rame-rame. Kalau Bak Sodor boleh laki-laki atau perempuan. Biasanya terdiri dari empat orang sekali main. Mungkin sudah ada yang mengenalnya, nih? Yuk, kita rame-rame bermain Bak Sodor! Seru lho! :)

Sepatu Favorit? Ingat lagunya Ria Resti Fauzi. Kalau nggak salah nih, “ Sepatu dari kulit rusa. Itu aku tak minta…” Pokoknya gitu deh. Tahu nggak? sepatuku itu udah nggak bermerk terbuat dari plastik, dan nggak pernah ganti-ganti. Lha gimana mau ganti, setiap terkena sinar matahari sepatuku itu mesti melar hehehe dan selalu masih bisa dipakai kecuali kalau sudah robek kanan kirinya :)

Nah yang ini nih aku lupa dan bener-bener lupa. Tas Favorit. Rasanya tasku itu bukan tas favorit apalagi bermerk tapi cuma satu yang aku ingat ketika aku basah kuyub karena kehujanan dan tasku satu-satunya yang ku punya pun ikut basah, aku sempat bingung, besok ke sekolah pakai apa-an ya? Akhirnya tidak ada rotan akar pun jadi. Terpaksa aku membawa tas kresek ke sekolah. Dan inilah memory yang tak terlupakan hehehe

Alhamdulillah PR-ku sudah selesai aku kerjakan. Hayo PR-nya siapa yang belum kelar? :) atau aku nih yang paling belakang hehehe Keburu diberi PR lagi  sama Abi Sabila :) Eh, ternyata Abi nggak ngasih aku PR lagi abis muridnya Abi yang satu ini nakalan sih nggak segera ngerjain PRnya hehehe.

Sekarang gantian deh ngerjainnya. Tapi PR ini aku terusin ke siapa ya? Aku nggak punya banyak teman blogger. Bingung juga nih, semoga saja yang aku sebutin ini belum pada ngerjain PR-nya. Minta tolong ya diterusin PR-nya! hehehe
                        Mbak Bidadari Azzam
Mohon maaf jika tidak berkenan. Sungguh tiada maksud untuk membebani, hanya sekedar ikhtiar untuk menjalin silaturrahim. Jika tidak dianggap merepotkan, mohon teruskan kembali PR ini kepada lima sahabat lainnya, begitu pesan dari pemberi PR sebelumnya. Maaf kata-katanya copy paste dari blognya Abi Sabila :)

Jazakumullah telah dipercaya untuk meneruskan PR Blogger-nya. Semoga silaturrahim tetap terjalin tidak hanya di dunia maya tetapi juga nantinya kita bisa dipertemukan di dunia nyata. Amin Ya Robb.

Rabu, 09 November 2011

DIK AFA CANTIK YA


 “ Bulek, Dik Afa cantik, ya!” 

Tiba-tiba saja dia sudah muncul di belakangku sambil mengenakan jilbab barunya. Jilbab warna merah yang baru saja aku belikan untuknya.

“ Subhanallaah, Dik Afa cantik deh pakai jilbab merah. Wuiih ada kumbangnya lagi. Suka, ya? sambil aku cubit pipinya.

“ Iya, suka.” sambil bercermin, dia pun bergaya putar sana putar sini.

“ Dik Afa cantik kayak siapa coba?” kulayangkan senyum untuknya.

“ Kayak Bulek.” Gubrakkk!! Kaget juga nih dia bilang begitu.

“ Masak sih kayak Bulek. Emang Dik Afa itu anaknya siapa sih?”

“ Anaknya Bulek.” Aku jadi tersenyum sendiri. Ada-ada saja nih anak.

Tiba-tiba…

“ Bulek, Bulek lagi ngapain?”

“ Bulek lagi buat tulisan. Dik Afa nggak bobok, nih? 

“ Dik Afa belum ngantuk. Dik Afa nunggu Bulek aja.”

“ Lho, Bulek masih lama, sayang.”

“ Bialin, Dik Afa mau tidul sama Bulek.”

“ Biasanya kalau nggak ada Bulek, Dik Afa tidur sama siapa? 

“ Sama Mbak Ais, kadang sama Ayah atau Ibu.”

 “ Bulek tidul dimana?” dia balik bertanya padaku.

“ Kalau Bulek sih tidurnya di kamar ini. Kenapa?”

“ Ya udah, Dik Afa tidul disini aja sama Bulek.”

“ Kangen ya sama Bulek, hayo ngaku...” he he

“ Nanti kalau dicari-cari Ibu gimana? Mana nih Afa kok belum tidur, gimana coba?”

“ Bialin, pokoknya Dik Afa maunya sama Bulek.”

“ Bulek tuh masih lama, PR-nya Bulek banyak. 

“ PL itu apa?”

“ PR bukan PL. Coba bilang eerrrrr….”

“ eellll…” 

“ PR.”

“ PL.” sambil menunjukkan lidahnya ke aku. Afa afa, lucu juga nih anak. Masih cadel rupanya. 

“ PR itu singkatan dari Pekerjaan Rumah. Jadi Bulek ada tugas yang harus diselesaikan di rumah dan harus dikumpulkan besok. Ok! Sekarang Dik Afa segera tidur ya, sudah malam sayang!”

“ Nggak mau, maunya sama Bulek.”

Yah Afa, tugasnya Bulek belum kelar nih. Gemes deh Bulek jadinya. Kucubit kedua pipinya eh…malah dia ketawa. Menggemaskan.

DIK AFA MASIH KECIL



“ Bulek, bulek jangan lama-lama ya pulangnya!” pinta Afa ketika aku berpamitan dengannya. 

“ Lho, kok nggak boleh lama-lama? Emang kenapa Dik Afa? ” tanyaku pengin tahu.

“ Soalnya Bulek kalau pulang, kesininya lama. Dik Afa pelnah nunggu Bulek lama nggak datang-datang.”

“ Oh ya, kok Dik Afa nggak telpon Bulek? “

“ Dik Afa nggak tahu nomelnya Bulek.”

“ Kan bisa nanya tuh sama Mbak Ais atau Mbak Fia.”

Dia tersenyum sambil memperlihatkan giginya. 

“ Dik Afa nggak bisa telpon.”

“ Kalau Dik Afa nggak bisa telpon, minta tolong Mbak Ais atau Mbak Fia suruh telpon Bulek dan bilang kalau Dik Afa kangeeen sekali sama Bulek.”

Dia diam saja mendengarkan penjelasanku. Jadi nggak tega nih mau meninggalkannya.

“ Ya udah, Bulek nggak jadi pulang, deh.” 

“ Bulek nginep sini, ya?” 

“ Iya, Bulek nginep sini.” 

“ Asyiikk!! Bulek nginep sini.” Aduhh… senengnya jadi tambah gemes, deh.

“ Dik Afa, bilangnya apa coba.  Alhamdulillah…”

“ Gendong, Bulek…!! Nah, ini dia yang tidak pernah lupa setiap kali aku di rumah Kakakku. Pasti deh, minta gendong.

“ Dik Afa kan sudah besar, sudah sekolah. Trus kata Ayah, Dik Afa sudah bisa mandi sendiri, sudah bisa pakai baju sendiri. Sekarang kok minta gendong. Idiih…malu, iih.”

“ Enggak, Dik Afa masih kecil.”

“ Lho, kemarin kan Dik Afa sendiri yang bilang, kalau Dik Afa sudah besar.”

“ Enggak.”

“ Iya. Kemarin Dik Afa pernah bilang sama Bulek.”

“ Enggak, Buleeek!! Dik Afa masih kecil.”

“ Yang masih kecil itu Dik Ifa,” kataku setengah menggoda. 

Ifa itu adiknya Afa. Aku sendiri sempat bingung karena nama panggilannya hampir sama, umurnya pun selisihnya juga nggak jauh-jauh amat.

 “ Bukan, Dik Afa yang masih kecil.” 

Dia tetep aja ama pendiriannya. Nah tuh, dah mulai cemberut nih dia. Ya, gitu deh Afa kalau udah ada maunya.

Selasa, 01 November 2011

Endorsement for Abi Sabila




Buku ini benar-benar berbeda. Penulis menyajikannya dalam kisah-kisah sederhana tetapi sarat makna. Dituangkan dengan sepenuh hati dan tidak terkesan menggurui. Buku yang memberikan banyak  pelajaran berharga dalam memaknai hidup menuju indahnya jalan Ilahi, dan sangat dianjurkan bagi siapa saja yang menginginkan hidupnya lebih berarti. Saya benar-benar ketagihan membacanya.

(Ananda Mutiara, Salah Seorang Penulis Antologi Ibuku Adalah Segalanya Bagiku, http//www.catatanmutiaraku.blogspot.com)

Artikel ini diikutsertakan pada Endorsement for Abi Sabila