Selasa, 20 November 2012

Menulis Pembuka Yang Memikat # 1

Apa kesan pertama ketika kita akan membeli sebuah buku cerita, baik itu kumpulan cerpen, cerbung, cernak ataukah novel?

“Eh, lihat nih judulnya, aku bangeet..!”
“Covernya apalagi, ungu. Tahu nggak? Itu kan warna kesukaanku..!”

Pastinya kita akan berkomentar apa yang kita lihat langsung, bisa dari judul, cover atau bagian awal buku. Tapi lain lagi ceritanya bagi mereka yang sudah ngefan banget sama penulis favouritnya, apa pun karyanya pastinya dia beli dan pengin baca isinya. Tapi… belum tentu juga sih, kalau gak punya uang gimana? :) Kan bisa pinjam hehehe

Judul, cover atau bagian awal buku. Semua itu penting, tetapi akan lebih penting lagi apabila baris pertama dari cerita tersebut “memukau”, setidaknya “memikat”. Jika baris pertama ini membosankan, maka kesan pertama pun biasanya akan membosankan, dan begitu juga sebaliknya.


Lalu, bagaimana menulis kalimat pembuka yang memikat? Untuk menulis kalimat pembuka ini, setiap penulis berbeda, ada yang menuliskannya pada akhir penulisan, atau awal penulisan. Ada yang harus tahu ending-nya, baru bisa menulis kalimat pembukanya. Dan ada yang hanya memerlukan informasi tentang tokohnya, sehingga tokoh itu seolah-olah bisa membuka dan menutup ceritanya sendiri. Lain lagi dengan Bapak Gabriel Garcia Marques, beliau menggarap paragraph pertamanya berhari-hari, begitu dapat, sisanya langsung mengalir dengan deras.

Kalimat Pembuka ini, bisa diawali dengan memperkenalkan para tokoh, menampilkan tempat dan waktu yang menjadi ajang cerita, kemudian memunculkan pertanyaan, komplikasi atau krisis yang harus pembaca ikuti, yang membangkitkan rasa penasaran, sehingga mereka terus ingin tahu apa yang sebenarnya akan terjadi.

Contoh yang cukup bombastis:
 “Jam enam sore kemarin, sebuah bus menabrak Nona Bobbit.”
(Children on Their Birthday, Truman Capote)
 “Lagu keroncong ini mengalun begitu merdu. Dan aku malam ini harus membunuh.” (Keroncongan Pembunuhan, Seno Gumira AD)

Pembuka seperti di atas, memang menarik perhatian, tetapi pembaca sudah langsung mencapai klimaks atau antiklimaks.

Karena itu buatlah pembuka itu yang efektif, yaitu :
 To the point; jangan jual obralan
 Jangan bertele-tele, berkepanjangan; anggap pembaca sudah dewasa untuk mengerti
 Jangan terjebak menjadi kesimpulan (antiklimaks)

Seperti yang dikatakan Bapak Anton Chekov, “Lipat dualah halaman pertama cerita pendekmu, sobek jadi dua, dan buang sobekan yang atas.”

Sebagai Contoh :
 Pilihannya hanya dua : tanda tangan atau nyawa Herlin.
(Tanda Tangan, Bahtiar HS)

Untuk membuat kalimat pembuka, tergantung panjang pendeknya sebuah cerita. Pembuka cerpen mungkin cukup satu paragraf awal saja. Tetapi pembuka sebuah novelet atau novel bisa jadi satu paragraf, satu segmen, hingga bahkan satu bab. Seperti seorang pemain catur yang baik, kita pun dianjurkan untuk tidak mengandalkan satu macam pembuka saja.

Pembuka cerita ini pun ada beberapa cara, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bisa memulainya dengan pemaparan seting, baik itu tempat, waktu atau pun situasi, bisa dengan gagasan (tema) yang ingin disampaikan dalam cerita, bisa juga dengan menyulut sensasi, yang dengan cepat mengajak pembaca untuk mulai menyelami narasi dan begitu seterusnya. Untuk lebih jelasnya akan saya sampaikan secara bertahap beserta contoh-contohnya di lain waktu. Insya Alloh.

Bersambung…

Catatan :
Materi ini termasuk materi yang ke-4 dari hasil saya mengikuti Kelas Menulis yang diadakan oleh Kakak saya sendiri. Sebelumnya ada 3 (tiga) materi yang sebenarnya penting juga untuk disampaikan. Tapi karena saya sudah terlanjur janji pada sahabat saya untuk menyampaikan materi yang ke-4 ini, akhirnya saya dahulukan.

Saya sendiri masih dalam taraf belajar menulis, jadi mohon maaf sebelumnya apabila dalam penyampaian saya ini kurang jelas dan jauh dari sempurna.

Semoga bermanfaat.

Gambar diambil dari sini

6 komentar:

  1. kalau aku malah gak terlalu memikirkan cover kalau mau beli buku

    BalasHapus
  2. Oh ya ta Mbak hehe..sama dong tapi cover tidak penentu mutlak Mbak, kadang kalau isinya menurut saya bagus, ya saya beli :) menurut saya sayang Mbak, klo isinya bagus tapi covernya nggak mendukung.

    BalasHapus
  3. Ini nih yang perlu kupelajari banget, karena aku sama sekali gak piawai membuat pembukaan cerita yang memikat :(

    Oh iya, gimana kalau pada kolom komentar ada pilihan untuk Name/URL? Soale kadang saya gak bisa ngomen kalo pake open ID...

    BalasHapus
  4. Sama dong Mbak, saya juga masih dalam taraf belajar. Udah ikutan Kelas Menulis tapi belum bisa-bisa, masiihh ada yang harus diperbaiki hehe

    Oh ya, maaf kalau ada kesulitan dalam berkomentar Mbak. Insya Alloh akan saya perbaiki.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah, matur nuwun ilmunya, Mbak.
    Saya salah satu pengagum karya-karya Tere Liye, apapun judul bukunya, bagi saya tidak lagi penting asal tertera nama Tere Liye sebagai penulisnya. Mungkin ini terkesan berlebihan, tapi sepertinya saya terlanjur sepakat dan sependapat dengan gaya menulis beliau.

    BalasHapus
  6. Iya sama-sama. Aku sendiri juga masih belajar dalam hal ini. Dulu aku gak begitu tahu tentang siapa itu Tere Liye, awalnya kirain penulisnya perempuan eh ternyata laki-laki, tapi setelah tahu isi buku n alur ceritanya, jadi ketagihan deh :)

    BalasHapus