Kamis, 04 Agustus 2011

AMIN SAMPAI TIGA KALI


Bisa dibilang postingan ini agak terlambat mengingat kita sudah memasuki hari keempat Ramadhan, tetapi semoga saja bermanfaat paling tidak untuk menambah wawasan keilmuan kita.
Pagi itu sehari sebelum Ramadhan, saya sempatkan untuk membaca beberapa artikel seputar Ramadhan. Persiapan apa saja yang patut kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, bulan suci, bulan yang penuh dengan rahmat dan maghfirah ini agar Ramadhan kita bisa optimal dan membawa keberkahan. Ya, sekedar untuk mengingatkan diri sendiri sebelum memasuki bulan yang mulia ini. 
Mulailah saya berkelana di dunia maya, tiba-tiba ada satu artikel yang membuat diri ini bertanya-tanya. Artikel itu sempat saya baca juga di eramuslim sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan tetapi entah kenapa tiba-tiba artikel itu hilang begitu saja di saat saya mencarinya kembali di hari berikutnya.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa, “Ketika Rasulullah sedang berkhutbah pada saat Sholat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau mengatakan, “Amin”. sampai tiga kali. Para sahabat terkejut begitu mendengar Rasulullah mengatakan Amin, dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung,  kenapa Rasulullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai sholat Jum'at, para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang hal tersebut,  kemudian beliau menjelaskan: "Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasulullah amin-kan do'a ku ini.  Do'a Malaikat Jibril itu adalah "Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.      Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
2.      Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri
3.      Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.”
Saya teringat dengan kajian yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan dan salah satunya adalah dengan saling mengirim sms, saling meminta maaf diantara saudara, teman dan orang-orang sekitar kita. Dan hadits ini sempat dikirimkan lewat sms berantai. Akhirnya ada salah satu dari mereka merasa gelisah dengan adanya sms tersebut dan bertanya, apakah hadits ini memang benar-benar ada? Kalau pun ada, berarti kita harus melakukan ketiga hal tersebut sebelum memasuki bulan Ramadhan. Bagaimana dengan kita yang belum sempat meminta maaf, apakah Allah Subhanahu Wata’ala akan mengabaikan puasa kita?
Ternyata setelah dicari, hadits ini tidak diketemukan dan dinyatakan hadits ini dhoif. Ada hadits lain yang mempunyai kemiripan dengan yang disebutkan di atas yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Imam Ahmad. Abu Hurairah bercerita bahwa suatu saat Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassalam naik ke mimbar kemudian Nabi mengucapkan,” Baru saja Malaikat Jibril datang kepadaku dan Malaikat Jibril menyampaikan tiga hal. ” Apa ketiga hal itu?
1.  Barangsiapa yang menemui bulan Ramadhan tetapi tetap melakukan maksiat dan mati dalam keadaan bermaksiat, maka dia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan dia tidak akan mendapatkan sedikit pun rahmat Alloh dari bulan Ramadhan.
2.  Barangsiapa yang memiliki orang tua yang dia durhaka kepadanya dan dia tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, maka dia tidak akan masuk surga. Kalau kita ingin masuk surga maka lihatlah kedua orang tua kita. 
3. Barangsiapa yang ketika disebut nama Nabi Muhammad tetapi dia tidak bersholawat kepadanya dan terus menerus selamanya seperti itu sampai dia meninggal dunia, maka Allah Subhanahu Wata’ala akan melaknatnya di akhirat kelak.
Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Was sallam mengaminkan ketiga hal itu. Inilah hadits yang ahsan dan shahih.
Dengan mencermati hadits pertama di atas terkait dengan saling memaafkan dan puasa, bukan berarti kalau kita belum sempat atau belum bisa meminta maaf kepada orang tua, suami atau istri, kerabat atau saudara maupun orang-orang sekitar, puasa kita akan diabaikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Di sini tidak ada keharusan untuk meminta maaf tetapi bukan berarti kita tidak boleh saling memaafkan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Boleh-boleh saja kita saling meminta maaf, justru dengan saling meminta maaf akan lebih baik tetapi memaafkan tidak harus menunggu datangnya bulan Ramadhan. Sebagaimana pernah disampaikan sahabat saya di dunia maya bahwa “Tak ada aturan yang menyebutkan, meminta maaf harus menunggu datangnya bulan Ramadhan ataupun lebaran. Yang terbaik adalah segera, setiap kali melakukan kesalahan, kekhilafan. Dan mumpung masih ada kesempatan, marilah kita saling membebaskan diri dari kesalahan, dengan saling memaafkan.”
Kemudian terkait dengan hadits yang kedua, marilah kita saling berlomba-lomba untuk mencari kebaikan di bulan yang penuh dengan maghfirah ini agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah Subhanahu Wata’ala, mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak membaca Al Qur’an, berdzikir menyebut Asma Allah, bertahmid, bersujud dengan melakukan sholat-sholat sunah terutama di sepertiga malam dan jauhilah perbuatan-perbuatan yang mendekatkan diri kita kepada kemaksiatan. Barangsiapa yang menemui bulan Ramadhan tetapi tetap melakukan maksiat dan mati dalam keadaan bermaksiat, maka dia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan dia tidak akan mendapatkan sedikit pun rahmat Alloh dari bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan maghfirah (ampunan) tetapi sedikit pun dia tidak mendapatkannya. Na’udzubillah min dzalik.
Janganlah kita durhaka kepada kedua orang tua kita, berlaku baiklah kepada keduanya, menghormati orang tua kita dan janganlah sekali-kali membentak keduanya atau berkata “uh” kepada keduanya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam QS. Luqman : 14 – 15 :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu. Kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam suatu hadits, Abdullah bin Mas’ud bercerita bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah diantara para manusia yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik?”
“Ibumu,”kata Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
“Lalu siapa lagi?” kata lelaki itu.
“Ibumu.”
“Lalu siapa lagi?”
"Ibumu."
"Lalu siapa lagi?"
“Bapakmu.”
(Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat dan apabila ada kurang lebihnya, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Marilah kita manfaatkan waktu kita dengan sebaik-baiknya di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini. Semoga kita mendapatkan rahmat dan maghfirahNya. Amin.

Wallahu a’lam bis shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar