Kamis, 20 September 2012

Hidup Tak Luput Dari Masalah


Konon di sebuah desa kecil di lereng pengunungan ada seorang penasehat yang bijaksana. Suatu hari seorang wanita yang putra satu-satunya telah meninggal, mendatangi penasehat tersebut dan bertanya, "Kekuatan apa yang anda miliki yang dapat mengobati rasa kecewa dan sakit hatiku?"

Ketika sang penasehat itu telah mendengar semua kisah hidup wanita ini, ia pun berkata,"Ada nyonya, tapi syarat pertama anda harus membawakan saya segenggam benih padi dari sebuah keluarga yang tidak memiliki masalah."

Wanita itu pun segera pergi ke sebuah rumah termewah di desa itu dan berpikir tentu tidak ada yang salah di rumah ini. Setelah ia menemui pemilik rumah, ia pun mendengar cerita yang sebaliknya, bahwasanya tuan rumah menceritakan ada banyak masalah yang jauh lebih besar yang belum pernah ia dengar.

Ia pun mendatangi rumah yang lain dan bertanya,”Apa keluarga anda tidak memiliki masalah?” “Justru kami memerlukan penasehat yang bisa mengeluarkan kami dari masalah yang kami hadapi,” jawab penghuni rumah itu.

Di lain hari ia pun mencoba mendatangi rumah demi rumah dan berharap apa yang ia cari selama ini bisa ia temukan tapi jawaban apa yang ia dapat dari penghuni rumah itu? Jawaban mereka pun tak jauh beda, “Oh, anda datang ke rumah yang salah. Tidak ada sebuah keluarga yang tanpa memiliki masalah.”

Setelah sebulan dalam pencarian, akhirnya ia kembali ke penasehatnya. Dan ia pun berkata, "Maaf Bapak, saya tidak dapat menemukan keluarga yang tidak memiliki masalah. Malahan saya banyak menasehati dan menguatkan beberapa keluarga yang begitu menyedihkan."

Penasehat itu bertanya,”Apakah hatimu masih sakit?"

Sambil tersenyum ia pun menjawab, "Tidak lagi Bapak. Setelah saya tahu orang yang nampaknya bahagia ternyata ia memiliki masalah yang jauh lebih banyak dari saya."

###

Kisah inilah yang menggugah hati saya untuk lebih menata hati dan memperbaiki diri ke yang lebih baik.

Banyak orang terjebak pada pola pikirnya sendiri, sehingga ia merasa menjadi orang yang paling malang, tidak seperti orang lain yang kelihatan begitu bahagia.

Kadang kita begitu sibuk memikirkan diri kita sendiri dan terlalu sibuk menjumlah kesulitan-kesulitan yang kita alami tapi ternyata kita lupa menghitung berkah dan segala kebaikan yang selama ini telah kita terima.

Jazakumullah saya haturkan kepada Bapak Soehar Djoepri yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi cerita penuh hikmah ini. Maaf ada beberapa kalimat yang sengaja saya rubah tapi yang pasti tidak merubah inti ceritanya.

Alhamdulillah melalui postingan ini menyadarkan saya bahwa rumput tetangga itu belum tentu lebih hijau dari rumput kita sendiri, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjadikan rumput kita lebih hijau, bukan hanya terlihat hijau tapi benar-benar hijau.

Wallahu’alam bisshowab

Gambar saya ambil di http://yuliani89.blogspot.com

9 komentar:

  1. Masalah adalah bentuk lain dari pelajaran. Kadang juga bisa kita anggap sebagai ujian...toh ketika kita sekolah sdh biasa menghadapi ujian kan? Utk naik kelas perlu ada ujian..jd maslah adalah ujian kita utk naik kelas dalam kehidupan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sependapat Mbak Ririe. Ma kasih kunjungannya :)

      Hapus
  2. apapun yg terjadi harus disyukuri ya mbak masih banyak masalah orang lain yg lebih berat dari kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah Mbak Lidya, harus pandai-pandai bersyukur.

      Hapus
  3. Banyak orang yang disadarkan oleh masalah orang lain ya. Ketika ia menemukan orang lain yang lebih 'menderita' dibanding dirinya, maka ia pun bersyukur karena tidak tertimpa masalah berat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang logika manusia pada umumnya menyatakan bahwa bersyukur jika mendapatkan kesenangan atau kenikmatan. Itu yang lazim. Sedangkan musibah, kesusahan atau penderitaan, tidaklah lazim untuk disyukuri atau sedikit sekali yang mau mensyukurinya.

      Dalam kehidupan setiap manusia pasti akan mengalami dan menghadapi apa yang namanya kesedihan dan kegembiraan, cinta dan kebencian, sukses dan kegagalan, pertemuan dan perpisahan, hidup dan kematian. Dimana setiap manusia pasti mengalami hal yang sama, yang berbeda adalah sikap dalam menghadapi kenyataan hidup. Dan ini terbagi dalam 4 karakteristik, yaitu apakah manusia yang kafir, muslim, mukmin ataukah muhsin.

      Boleh jadi saat ini kita dalam kebahagiaan, boleh jadi suatu saat nanti kita sendiri yang menghadapi masalah berat. Semoga bemanfaat Mbak. Saya sendiri juga masih perlu banyak belajar dalam hal ini, menata hati dan memperbaiki diri. Terima kasih kunjungannya :)

      Hapus
  4. Seperti yang pernah saya tuliskan, bahwa salah, masalah dan juga masa lalu adalah milik setiap kita, manusia. Manusia yang baik bukanlah yang tak pernah memimiliki atau melakukan ketiganya, tapi yang menjadikan ketiganya sebagai pelajaran untuk hari esok yang lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya menuliskan ini juga karena tulisannya Abi yang menginspirasi :) Jazakumullah, semoga semangat menulis itu selalu hadir walau aku kadang sebagian mengambil dari beberapa sumber :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus