Mbak Anggania, maaf baru sekarang aku bisa mengerjakan PR Kenangan SMP dari Embak. Sesuai janjiku kalau aku akan mengerjakannya dengan senang hati walau terlambat. Eh, bukan terlambat lagi nih, tapi ibarat orang menunggu mungkin udah sampai lumutan deh hehehe GR banget, siapa yang menunggumu Ananda :) Aku sendiri jarang sekali blogwalking, selain nggak punya internet di rumah, di kantor pun kejar-kejaran sama tugas kantor dan lagian nggak enak kalau lama-lama ngenet :) Maaf belum bisa fokus untuk memberi warna pelangi yang lebih indah di blogku yang sederhana ini.
SMP Negeri I Ponorogo. Disinilah aku menyelesaikan Sekolah Menengah Pertamaku. Siapa yang tidak mengenal SMP Negeri I Ponorogo? Sebuah sekolah favorit yang menjadi incaran banyak orang. Alhamdulillah, bahagia rasanya bisa diterima di sekolah yang selama ini aku idam-idamkan. Banyak kenangan terselip yang tak pernah aku lupakan.
Pembagian Kelas. Kelas satu dibagi menjadi delapan kelas, terdiri dari Kelas satu A sampai Kelas satu H. Aku kebagian di Kelas satu A yang terletak jauh dari kelas-kelas satu lainnya. Menyendiri tapi menyenangkan hati karena kelasku bisa lebih tenang untuk menerima pelajaran dan jauh dari keramaian. Alhamdulillah, sesuai dengan harapanku karena aku orangnya nggak suka rame-rame hehehe kecuali satu kalau diajak atau mengajak makan, aku lebih suka yang rame-rame karena apa yang kita makan akan mendatangkan keberkahan.
Petugas Upacara. Kebetulan hari itu hari Pramuka, aku yang biasanya memimpin lagu Indonesia Raya tapi entah kenapa saat itu aku ditunjuk untuk membacakan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dan kedua temanku membacakan Teks Pancasila dan Dasa Dharma Pramuka. Membacakannya pun tidak boleh memakai teks tapi harus dengan hafalan. Latihan sudah kami lakukan dan Alhamdulillah semua lancar.
Dan tibalah waktunya kami membacakan ketiga teks tersebut. Kami pun mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Pertama, terlebih dahulu temanku membacakan teks Pancasila, mungkin karena grogi disaksikan ratusan peserta upacara, dia salah dalam membacakan urutan silanya, sila ketiga (Persatuan Indonesia) menjadi sila keempat. Wah, gimana nih membacakan teks Pancasila aja udah keliru apalagi untuk selanjutnya? Benar juga dugaanku, temanku yang kedua nasibnya nggak jauh beda, membacakan teks Dasa Dharma Pramuka urutannya terbalik :) Sejak itu pikiranku udah nggak fokus lagi, malu rasanya disaksikan oleh ratusan peserta upacara, tidak hanya teman-teman tapi juga beberapa staf, guru dan yang pasti di depan Bapak Kepala Sekolah. Ditaruh dimana nih mukaku. Apalagi teks UUD Negara Republik Indonesia 1945 itu lebih panjang daripada teks Pancasila dan Dasa Dharma Pramuka. Pikiranku mulai sedikit terganggu. Aku tidak boleh seperti ini. Kubuang jauh-jauh pikiran negatif itu dan mulailah aku memfokuskan diri dalam satu titik bahwa aku harus bisa. Aku tidak mau seperti mereka. Aku mulai menenangkan diri dan tibalah giliranku membacakannya. Tidak lupa aku mengawalinya dengan membaca ‘Bismillahirrahmanirrahim’ dalam batinku. Mulailah aku membaca teks itu dengan lantang : “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima. Pembukaan, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…” dan seterusnya. Alhamdulillah lancar sampai akhir teks. Bapak Kepala Sekolah pun tersenyum padaku :) Maaf teksnya nggak aku tulis semua. Kalau aku tulis, khawatir nanti PRnya malah nggak selesai-selesai :)
Jalan Kaki. Jarak antara rumah dengan sekolahku kurang lebih 3 km. Setiap hari jalan kaki deh :) Panas-panas lagi, sekolahku kebetulan masuk siang habis dzuhur sampai menjelang maghrib karena gantian dengan anak Kelas dua. Ada sepeda onthel sih tapi cuma satu, itu pun dipakai Ayahku kadang Ibuku. Lagipula aku sendiri belum bisa naik sepeda :) Ada kendaraan umum tapi tidak lewat depan rumahku. Boro-boro naik kendaraan umum, uang buat jajan saja tidak setiap hari dikasih :) Tetapi itu semua memberi banyak pelajaran buatku.
Pernah juga lagi enak-enaknya jalan kaki, eh tiba-tiba ada orang gila di belakangku. Setengah gemetar, buru-buru aku menyeberang jalan. Orang gila itu ikutan menyeberang juga. Aku pun balik menyeberang jalan lagi, eh dia juga ikutan sambil ketawa-tawa sendiri. Saking takutnya nih, akhirnya aku lepas sepatu dan lariii !! Kabur deh, untung orang gila itu tidak mengikutiku lagi hehehe
Memori di bawah daun pisang. Musim hujan pun telah tiba. Semenjak itu, aku sering diantar dan dijemput Kakak atau Ayahku. Pernah suatu ketika, hujan turun dengan derasnya. Aku pun menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Hatiku mulai gelisah. Sepi, hanya tinggal beberapa orang saja di sekolah. Alhamdulillah akhirnya yang dinanti pun datang juga :)
“Lho Mas, kok nggak pakai jas hujan?“ ketika Kakakku basah kuyub kedinginan sambil menuntun sepedanya.
“Iya, tadi aku udah mencarinya tapi nggak ketemu. Ya udah deh, langsung aja aku berangkat, khawatir kamu nunggunya terlalu lama. Pulang, yuk! Pakai ini aja, ya?! ” pintanya sambil memberiku pelepah daun pisang.
“Trus, Kakak sendiri pakai apa? “
“Kakak udah terlanjur basah kuyub, jadi pakai sendiri aja biar nggak basah kedinginan, nanti sakit lagi.” Aku pun mengikutinya saja. Tak terasa air mataku menetes satu-satu.
Sepeda onthelku. Hari itu aku ingin sekali mengendarai sepeda sendirian ke sekolah. Kebetulan aku udah bisa naik sepeda dan Ayahku pun mengijinkan. Alhamdulillah hari itu rasanya bahagia sekali. Entah kenapa, aku lupa untuk membawa sepeda onthel itu kembali ke rumah. Baru ingat setelah Kakakku menanyakannya. Aku tersenyum sendiri. Yah, kebiasaan dianterin sih jadinya lupa deh :) Tahu gitu tadi nggak jalan kaki :)
Alhamdulillah PR SMPku udah selesai Mbak Anggania. Hutangku dah terbayar, lega rasanya. Tapi aku masih punya hutang satu lagi nih, PR Sebelasnya Insya Allah aku posting besok, semoga aja kelar.
Maaf PR ini tidak aku terusin ke yang lain karena udah banyak yang ngerjain dan bisa jadi akulah yang terakhir mengerjakannya, bukan malas tapi belum sempat hehehe
Siapa yang tidak mengenal SMP Negeri I Ponorogo? Saya! :)
BalasHapusMemori daun pisang? Jadi....yang duet bareng Solid AG itu dulu sampeyan tah? Ups, hehehe...
Hafal UUD 45? saya kok ragu ya, soalnya nda ditulis semua di sini, jangan-jangan hafalnya cuma sampai sebatas 'maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan'. hehehe....
Ok, mewakili Ibu Guru Anggania, saya kasih nilai 9.
Baru tahu ya hehehe
BalasHapusMau bukti? Siapa takut :)
Alhamdulillah dikasih nilai 9 :)
maaf bun baru bisa mampir hari ini. sepeda onthelnya masih ada gak ta?
BalasHapusBuat Mbak Lydia, waktu itu sih akhirnya balik lagi Mbak ke sekolah buat ambil sepeda. Untung sepedanya masih ada karena masih ditungguin tuh sama Pak Kebon. Kalo sekarang mah sepedanya udah nggak ada Mbak :)
BalasHapus