Assalaamu’alaikum
Warahmatullah Wabarakaatuh.
Alhamdulillah, hari ini saya ingin
menyapanya kembali. Setelah dua bulan lebih, saya “off” alias berhenti dari
aktivitas menulis. Capek, letih, suntuk….itulah yang saya rasakan. Tugas-tugas
semakin menumpuk. Tapi saya sudah terlanjur berjanji. Berjanji pada diri
sendiri bahwa saya mau menulis apa saja yang saya bisa. Saya ingin merangkai
kata demi kata menjadi sebuah tulisan walaupun tulisan saya nggak keren-keren
amat, tapi semoga bisa dinikmati dan diambil manfaatnya buat siapa saja.
Tangan ini rasanya sudah
sulit untuk digerakkan tapi hati tidak bisa dibohongi. Konon ada yang
mengatakan bahwa “Kalau kita sekali saja berhenti untuk menulis maka kita
akan merasa berat untuk memulainya kembali”. Dan ternyata apa yang
dikatakannya itu benar, seperti apa yang saya alami saat ini.
Semua perlu belajar, belajar
dan belajar. “Uangku Ya Uangku Uangmu Ya Uangku” adalah tulisan pertama saya
yang lolos dari “Proof Reader”. Alhamdulillah sudah bisa posting satu tulisan. Itupun
masih mendapatkan kritikan dari salah satu pembaca gara-gara gaya bahasa saya yang
kurang pas. “Memiliki uang adalah salah satu kunci kebahagiaan sebuah rumah
tangga,” begitu kira-kira kalimatnya. Akhirnya saya merubahnya dengan “Memiliki
uang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan sebuah rumah
tangga.” Mungkin karena saya memakai kata “kunci” yang diartikan
bahwa kunci itu adalah “yang utama”. Jadi walaupun saya menggunakan
kalimat “salah satu kunci” tetap saja diartikan “yang utama.” Sedangkan
kebahagiaan sebuah rumah tangga, memiliki uang adalah bukan yang utama. Bagiku
kritikan itu adalah kritikan yang membangun. Dengan begitu ke depannya saya
akan lebih hati-hati dalam menuangkannya. Maaf apabila ada perubahan dalam
tulisan saya.
Tulisan kedua, “Cinta
Pertama Rara Karena-Nya” masih perlu banyak perbaikan. Pertama masih
tulisan khas penulis pemula. Kedua masih ada kesalahan ejaan EYD. Ketiga
secara isi kurang menarik karena tidak sampai pada endingnya bagaimana,
jadi pembaca tidak mendapatkan hikmahnya. Sedangkan keempat terlalu
banyak mengutip puisi, lagu dan narasi lain sehingga orang bosan kalau
panjang-panjang, diambil yang intinya saja. Kelima apabila memakai kata
ganti “aku” harus bercerita yang baik, tidak dikesankan kita
menyombongkan diri, mencritakan diri sebagai orang yang terlalu baik, terlalu dermawan
atau malah orang yang susah yang layak untuk dikasihani. Dan ini harus banyak
berlatih. Akhirnya tulisan ini tidak saya posting ke blog.
“Banyak-banyaklah menulis.
Karena seperti Ifa belajar berjalan, kamu akan berkali-kali jatuh dan nikmati
saja semua itu.” (Ifa adalah keponakanku yang masih berumur 1,5
th). Itulah saran pertama sekaligus pelajaran pertama yang saya dapatkan dari
“Proof Reader” saya.
Saya sengaja menuliskan semua
ini, karena saya ingin berbagi pengalaman dengan para pecinta pena. Semoga
dengan pengalaman saya ini, pembaca juga bisa mengambil pelajarannya.
Saya mengakui bahwa tulisan
saya khas penulis pemula. Ya memang benar karena saya masih penulis pemula
belum apa-apa dan belum ada apa-apanya. Belum pernah ikutan kontes dan belum
pernah sekalipun ikut ajang lomba menulis. Blog saya ini cenderung sebagai
tempat curhat, tempat saya untuk berlatih menulis. Kata-kata saya masih banyak
yang belepotan.
Untuk selanjutnya, saya
sengaja tidak melalui “Proof Reader” lagi, biarlah semua mengalir apa adanya.
Saya ingin para pembaca yang menilainya sendiri. Saya mohon kritik dan
sarannya.
Wassalaamu’alaikum
Warahmatullah Wabarakaatuh
Wallahu a’lam bis shawab
Alhamdulillah, meski tak kemana-mana, akhirnya ukhti kembali lagi ( kembali menulis lagi ). Selamat untuk tulisan Uangku.....yang sudah berhasil dipublikasikan di kotasantri. sekarang semakin percaya diri untuk berbagi di tempat lain yang lebih luas pembacanya kan? kalau sudah di kotasantri, jangan ragu mencoba di eramuslim. dan kalau sudah ada satu tulisan, siap-siap untuk kecanduan menulis. Berhasil dipublikasikan di tempat lain yang pada dasarnya melalui proses seleksi, sungguh mampu memberikan sensasi terbang tanpa sayap.
BalasHapus" Proof reader" ? Oh, salam saya untuk beliau.
Soal kontes menulis, bukanlah hak para penulis profesional, penulis pemulapun memiliki kesempatan yang sama. justru, melalui ajang seperti inilah kita bisa mengukur kemampuan kita sekaligus menimba ilmu tentang tehnik menulis langsung dari karya para kontestan. Percayalah, jika satu tulisan kita pernah memenangkan sebuah kontes ( juara keberapapun ) maka energi itu akan muncul dengan sendirinya.
Banyak kesempatan mengikuti kontes menulis, cobalah untuk ikut. tak harus menang yang penting tetep dapet hadiah. Ups! hehehe....