Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
……….
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
……….
Selamat datang Ya Rasulullah
Aku rindu kehadiranmu
Aku rindu melihat wajahmu
Alangkah indahnya hidup ini
Bila aku bisa bertemu denganmu
Walau hanya dalam mimpi-mimpiku
Malam ini puji-pujian dan sholawat atas
Rasulullah Saw itu terdengar lagi tak jauh dari tempat tinggalku, hanya dengan
melangkahkan kaki tak sampai lima menit sudah sampai di pondok itu, sebuah
pondok pesantren penghafal Qur’an. Subhanallah, Alhamdulillah. Ya Allah, aku
bersyukur atas segala nikmat dan karuniaMu. Walaupun aku belum bisa menghafal Al Qur’an 30
Juz itu, tapi berikanlah kemudahan dalam memahami dan melaksanakan
perintah-perintahMu yang tertulis dalam KalamMu. Insya Allah.
###
Setiap kali hari Senin dan bulan Rabiul Awwal
hadir, tentu saja rasa senang itu harus diwujudkan, bisa dengan berpuasa pada
hari Senin dan mengadakan peringatan-peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di bulan
Rabiul Awwal ini. Rasa senang dalam bentuk seperti inilah yang dulu pernah
dilakukan oleh Abu Lahab. Ia bukan hanya sekedar senang mendengar berita
kelahiran sang keponakan yang yatim, tetapi melengkapi rasa senangnya dengan
memerdekakan si pembawa berita, sahayanya bernama Tsuwaibah. Tsuwaibah inilah
yang pernah menyusui bayi Rasulullah Saw bersama anaknya sendiri yang bernama
Masruh serta bayi Hamzah paman Nabi Saw dan bayi Abu Salamah, suami Ummu
Salamah yang kemudian menjadi istri Nabi Saw.
Rasa senang seperti inilah yang hingga kini
dan selamanya dirasakan manfaatnya oleh Abu Lahab yang kafir dan sangat
memusuhi Rasulullah Saw. Tentunya kita manusia beriman pasti mendapat manfaat
yang sangat jauh lebih besar lagi jika mampu bergembira seperti kegembiraan Abu
Lahab.
Bergembira dan membanggakan Rasulullah Saw
adalah wajib. Tetapi apakah kita hanya cukup menyenangkan dan membanggakan
Rasulullah saja? Tidaklah cukup, tetapi harus ada langkah dan usaha yang bisa
kita lakukan untuk bisa menyenangkan dan membuat bangga Rasulullah Saw,
diantaranya :
Menghidupkan
Sunnah-nya :
Bagaimana
bisa menyenangkan hati Rasulullah Saw kalau di kamar mandi saja masih suka
karaokean dengan suara keras lagi? Bagaimana kita bisa menjadi kebanggaan
Rasulullah Saw kalau makan minum saja masih suka pakai tangan kiri? Bagaimana
kita bisa dicintai Rasulullah Saw kalau makan minum saja tidak pernah berdoa?
Oleh karena itulah kita harus mengetahui secara detail kehidupan Rasulullah Saw
itu seperti apa, untuk selanjutnya berusaha meniru baik dalam cara beribadah
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal yang remeh hingga hal yang
penting. Bagaimana Rasulullah Saw shalat, cara berbaris dalam shalat, masuk dan
keluar masjid dan seterusnya. Bagaimana Rasulullah makan, minum, tidur, masuk
WC (kakus), dll. Dengan berusaha menghidupkan sunnah berarti secara langsung
kita memupuk kecintaan kepada beliau, sebagaimana dalam hadits :
“Barangsiapa
menghidupkan sunnahku maka sungguh ia telah mencintaiku. Barangsiapa
mencintaiku maka ia pasti bersamaku di surga”
(HR.
Thabarani)
Kegemaran
menghidupkan sunnah juga menunjukkan kesempurnaan iman seseorang, sebagaimana
disebutkan :
“Tidak
sempurna iman seseorang sebelum kesenangan dirinya mengikuti segala yang aku
ajarkan” (HR. Dailami)
Mencintai
Ahlul Bait-nya
Mencintai
keluarga dan keturunan beliau. Menurut Imam Qadhi Iyadh dalam As Syifa’ berdasarkan
riwayat dari Zaid bin Arqam adalah keluarga dan keturunan Ali ra, Ja’far dan
Abbas. Allah berfirman dalam QS. As-Syuro 23 :
“Katakanlah,
aku tidak meminta atas hal ini kecuali kecintaan kepada para
Kerabat
(ku)”
Rasulullah
Saw bersabda :
“Sesungguhnya
aku meninggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh
dengannya maka kalian tidak akan pernah tersesat; kitab Allah dan keluargaku”
(HR. Turmudzi/3788)
Seperti
halnya kita mencintai suami atau istri, kalau kita menyatakan cinta kepada
suami atau istri, ya jangan yang dicintai hanya suami atau istri kita saja
tetapi juga keluarganya, baik orang tuanya, Kakak dan adiknya, kerabat
dekatnya, hartanya, dan seterusnya.
Kepada
Abbas ra, Nabi Saw bersabda :
“Demi
Dzat yang diriku berada di tanganNya, keimanan tidak memasuki hati seseorang
sebelum mencintai kalian karena Allah dan RasulNya…” (HR. Baihaqi)
Mencintai
Sahabat-nya
Sahabat
adalah orang yang beriman dan pernah bertemu Rasulullah Saw. Meski beriman
tetapi tidak pernah bertemu maka tidak termasuk sahabat seperti halnya Uweis Al
Qarani yang kemudian menjadi tokoh terkemuka generasi Tabiin. Dan seperti raja
Najasyi yang bernama asli Ashamah yang ketika meninggal bahkan sempat dishalati
ghaib oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Mencintai sahabat memiliki banyak
konsekwensi yang diantaranya tidak boleh mencaci mereka.
Rasulullah
Saw bersabda :
“Jangan
mencaci maki para sahabatku, karena sesungguhnya andaikan salah seorang kalian
menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka tidak bisa menyamai satu mud atau
bahkan separuh infak salah seorang mereka (sahabat)” HR. Bukhari
Mencintai
Pewaris-nya (Ulama ‘Amilin)
Ulama adalah pewaris para Nabi. Dari merekalah
umat mengenal dan meneladani ajaran-ajaran para Nabi. Atas dasar ini,
Rasulullah Saw kemudian mengajarkan umatnya supaya memperhatikan hak-hak para
ulama, diantaranya harus dimuliakan. Jika berbuat salah maka tidak boleh
diklaim dan dilecehkan. Inilah ajaran dan pesan Rasulullah Saw. Betapapun
seorang ulama berbuat salah maka sekali lagi tidak boleh dijatuhkan martabatnya,
apalagi jika belum jelas kesalahannya atau bahkan nyata-nyata tidak bersalah.
Melecehkan dan mencaci maki ulama adalah kedzaliman yang balasannya adalah
kematian hati.
Imam Syafii berkata :
“Jika ulama bukan para wali
Allah maka Allah sama sekali tidak memiliki wali”
Ibnu Asakir mengatakan :
“Ingatlah wahai saudaraku bahwa
daging ulama itu beracun, dan sesungguhnya barangsiapa lidahnya mencela mereka
maka Allah mengujinya dengan kematian hati sebelum kematiannya”
Memperbanyak
Shalawat kepada-nya
Membaca dan memperbanyak shalawat kepada
Rasulullah Saw adalah perintah Allah dan bukan hanya menyenangkan hati
Rasulullah Saw tetapi juga menyenangkan Allah Azza wajalla, sebagaimana Rasulullah
Saw bersabda :
“Barangsiapa yang bershalawat
kepadaku sekali, Allah bershalawat atasnya sepuluh kali dan mengangkatnya
sepuluh derajat’ (HR. Nasai)
Jika kita ingin menjaga diri
kita sendiri, maka hal yang perlu kita jaga adalah :
1. Shalat
pada waktunya, tidak menunda-nunda waktu shalat
2. Memperbanyak
shalawat kepada Rasulullah Saw
3. Memperbanyak
membaca Al Qur’an
4. Memperbanyak
membaca istighfar kepada Allah Swt agar hati menjadi tenang.
Semoga kita sebagai umat Nabi
Muhammad Saw bisa mempraktekkannya dalam kehidupan keberagamaan kita sebagai
usaha membuat Rasulullah Saw berbangga dan berbahagia, juga sekaligus langkah
kita untuk memenuhi diantara sekian banyak hak beliau atas umatnya. Aamiin.
Amin, insya Allah.....
BalasHapusikut mengamini. maaf mbak ternyata blognya belum masuk ke blog list aku lagi
BalasHapushiks, malu aku :(
BalasHapus