Semoga apa yang aku
tulis di sini tak mengurangi rasa bahwa dalam kehidupan kita ada beraneka warna
budaya. Salah satunya adalah festival budaya Jepang yang sempat aku kunjungi
beberapa waktu lalu di BG Junction Surabaya.
Ada beberapa perlombaan
yang disuguhkan saat itu, seperti lomba origami, lomba desain bento, lomba
karaoke, lomba memakai sumpit, lomba cosplay, sampai quis berhadiah pun ada
disana. Tapi dari semua itu, aku lebih tertarik mengamati pohon Tanabata. Pohon
Tanabata itulah yang tidak pernah sepi dari kerumunan orang hingga membuatku
penasaran, apa sih sebenarnya pohon Tanabata itu?
Ternyata
pohon Tanabata itu adalah pohon bambu untuk menggantungkan harapan di festival
TANABATA, makanya disebut juga sebagai pohon harapan. Kenapa harus pohon bambu,
tidak yang lainnya? Menurut cerita daun bambu (sasa) digunakan sebagai
hiasan dalam perayaan karena dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur. Oleh
karena itu, festival Tanabata ini
dimeriahkan dengan
tradisi menulis permohonan di atas tanzaku atau secarik kertas
berwarna-warni. Menurut cerita yang aku baca, Kertas tanzaku ini terdiri
dari 5 (lima) warna, yaitu hijau, putih, kuning, merah dan hitam tapi kenyataannya ketika aku mengamati di
festival itu, ada lebih dari 5 (lima) warna, ada ungu dan birunya juga. Tapi tak apalah, itu kan cuma
di festival. Mungkin hanya sekedar mengenalkan dan meramaikan saja.
Permohonan yang dituliskan pada tanzaku itupun bisa
bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang menulis. Kemudian kertas-kertas
tanzaku yang berisi berbagai macam permohonan diikatkan di ranting daun bambu.
Udah
tahu kan ceritanya? Aku sendiri hanya bisa tersenyum, unik saja setelah tahu
ceritanya. Tetapi tetaplah kita hormati budaya mereka (orang Jepang). Kalau
kita orang yang beragama tentunya menggantungkan segala harapan dan doa hanya
kepada Tuhan, Allah Yang Maha Segalanya.
Cerita
lebih lengkapnya tentang Tanabata cari sendiri ya di Mbah Google :)
Dan
inilah pohon harapan itu. Kebetulan aku diberi kesempatan untuk memakai baju
Yukata
Akupun sempat membaca
beberapa dari puluhan kertas yang berisi permohonan harapan itu. Ada yang
menuliskan, “semoga segala usaha dan urusannya dimudahkan, semoga sukses dan
lulus ujian, semoga segera dikaruniai anak laki-laki yang gantheng dan montok,
semoga segera bisa punya rumah”. Dan lagi-lagi membuatku tersenyum, dengan
lugunya ada yang menuliskan “Mak, Agus minta kawin” hehehe. Siapa saja
yang membacanya pastilah tersenyum.
Semoga Allah
mengabulkan. Hanya ALLAH tempat kita meminta dan hanya ALLAH lah tempat kita
memohon segala harapan dan keinginan kita. Aku sendiri tidak ikut menuliskannya
karena aku lebih suka membaca daripada menulis. Loh, apa hubungannya hehehe
Hemm…jadi pengin ke
Jepang. Mimpi kali yee hehehe. Biasa deh, suka bermimpi tapi siapa tahu suatu
saat mimpi itu bisa menjadi nyata. Aamiin.
"mak agus minta kawin" hehehehe...
BalasHapussaya tersenyum sendiri,sebuah festival kebudayaan yang sangat menarik sepertinya,beruntung sekali bisa menghadiri acara tersebut. salam kenal.
Saya pun juga begitu, tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya :) Salam kenal juga. Ma kasih telah mengunjungi blog saya yang sederhana dan apa adanya ini.
Hapusbelum pernah tau festiva ini mbak
BalasHapusBelum pernah ya Mbak Lidya, saya sendiri baru sekali itu juga lihat festivalnya, diajak temen-temen Mbak :) dan kebetulan salah satu temen pengajar bahasa Jepang. Jadi saya diajari bagaimana pakai baju Yukata seperti gambar diatas. Ternyata susah makainya, jalannya pun harus hati-hati hehehe ya belajar melatih kesabaran dan kelembutan juga sih :)
HapusOh baru tau pohon bambu itu namanya tanabata toh, mungkin menggantungkan harapan di pohon bambu itu hanya simbol saja ya, bahwa harapan/cita-cita itu harus di gantung setinggi langit.
BalasHapusSalam kenal :D
Ma kasih telah mengunjungi blog saya Mbak, yang masih sederhana dan apa adanya ini. Salam kenal juga dari saya. Saya juga baru tahu ketika di festival kemarin Mbak kalau pohon itu namanya Tanabata. Pengalaman baru buat saya Mbak.
Hapusamiin.. mimpi itu kan tak dilarang :D
BalasHapusseperti saya bermimpi membuka cabang warung di bawah eiffel sana :D
salam
Betul, siapapun berhak untuk bermimpi, sebagaimana ia berhak untuk mengejar dan mewujudkannya. banyak hal bermula dari sesuatu yang orang katakan itu hanya mimpi, tapi berkat kerja keras, ketekunan, kesabaran dan juga doa dan penyandaran yang benar, maka terwujudlah sesuatu yang tak terduga sebelumnya, hiingga mereka berkata "luar biasa! ini seperti mimpi" jadi, jangan takut untuk bermimpi. Semoga Allah mengabulkannya, amin.
HapusAamin, jazakumullah doanya. Memang benar, banyak hal bermula dari sebuah mimpi. Seperti yang sudah aku alami, dulu aku suka bermimpi ingin sekali menulis dan punya buku sendiri. Mimpi yang sudah lama terpendam tapi tak pernah mau mencoba :) Akhirnya, mimpiku itu menjadi nyata. Sekarang aku sudah mempunyai buku walau itu hanya sebuah buku antologi. Itulah anugerah terindah yang pernah aku rasa dan membuatku lebih percaya diri. Belajar dan terus belajar, semoga apa yang aku tulis di sini terutama di blogku yang sederhana dan apa adanya ini bisa memberi barokah dan manfaat bagi yang membacanya. Aku belum bisa menulis seperti jenengan :) pengin sebenarnya.
Hapusbagus banget bajunya ... ribet ngga kalo pake baju itu?
BalasHapusbtw, salam blogger ^^
Ya ribet juga sih Mbak :) Kemarin aja dibantuin sama temenku hehehe Aku pakenya cuma sebentar aja kok, soalnya banyak yang ngantri :) Kebetulan warna baju Yukatanya pas dengan warna jilbabku. Ma kasih udah mengunjungi blogku yang sederhana ini. Aku sendiri gak aktif ngeblog Mbak, kalo sempet aja. Salam kenal juga :)
BalasHapuskunjungan gan.,.
BalasHapusbagi" motivasi.,.
Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
waaaaaaaaaaah... iri.. > <
BalasHapusaku mau banget pergi ke jepang n liat perayaan-perayaannya... apa mbak tinggal di sana?
oh, salam kenal, ya... ^^
Mamah, Bapak yang sedang tenang di haribaan Nya...., Ya Allah beri terang dan luaskan kuburnya.... "Allah saya pengen kembali ke Jepang, sudah 10 tahun yang lalu nih saya ninggalin Jepang...., hal ini mudah bagi Mu Ya Robb, Kun...Fayakun" Berangkat....
BalasHapus