Ketika aku sampai di rumah Kakakku, tiba-tiba lampu mati begitu saja. Tapi anehnya, kenapa kok hanya di rumah Kakakku ya? Seketika itu juga tangis Ifa pun pecah. Ifa adalah keponakanku yang nomor enam dari Kakakku yang pertama. Aku tahu, dia itu takut sekali dengan gelap.
“Assalaamu’alaikum!” Tak ada jawaban
“Assalaamu’alaikum…!” Sekali lagi aku memberi salam.
Tetap tak ada jawaban, hanya terdengar tangisan Ifa. Buru-buru aku membuka pintu takut terjadi apa-apa dengan Ifa. Lho, pintu juga tidak dikunci, ada apa ini? Ketika aku membuka pintu, ternyata Mas Azril lagi asyik main game. Azril adalah keponakanku yang nomor empat.
“Assalaamu’alaikum, Mas Azril…!” Diam aja.
“Mas Azril…, kok tidak dijawab?” tanyaku ketika itu.
“Menjawab salam itu wajib, lho!” Dia pun akhirnya menjawab juga tapi sambil menggerutu, entah apa maksudnya.
“Bulik, Mbak Ais itu lho yang matikan lampunya. Kasihan Dik Ifa, dari tadi nangis terus. Dik Ifa kan takut gelap, Bulik.”
“Trus mana Dik Ifanya?” Akhirnya aku pun masuk ke ruang tengah. Eh tiba-tiba lampu ruang tengah menyala, Byaarrr!”
“Selamat Ulang Tahuuun…!!” serentak semua pada keluar dari tempat persembunyiannya hehehe…
“Eh, ada apa ini?” tanyaku sambil tersenyum.
“Selamat Ulang Tahun, Bulik... Ini kue ulang tahunnya tapi bukan kue tart. Ayah sih nggak bilang-bilang kalau Bulik ulang tahun hari ini, jadinya kita nggak bisa siap-siap. Kadonya juga, nggak sempat nyari.” Fia pun memberikan setumpuk kue mariyam padaku. Justru aku yang lupa kalau hari itu ulang tahunku hehehe udah tua sih.
“Udah nggak pa pa, bukan salah siapa-siapa. Bulik udah seneng kok. Ma kasih ya, sayang.” Tak terasa air mataku pun menetes. Halah cengeng.
“Bulik, Bulik jangan nangis, dong!”
“Bulik nggak nangis kok, cuma mengeluarkan air mata aja.” Senyumku pun mengembang, entah wajahku seperti apa saat itu.
“Sama aja, Bulik.” Hahaha. Semua pada ketawa bahagia.
“Ayo, mana es krimnya tadi? Kasih ke Bulik, biar Bulik aja yang bagi!” Ibunya pun mengingatkan kalau masih ada menu special lagi.
Hemm…yummiii…
Mendengar celotehan mereka, aku pun hanya bisa diam dan tersenyum bahagia. Dan ketika aku menuliskannya lagi disini, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata karena saking bahagianya. Sungguh. Terima kasih ya, sayang.
Sayang, di hari special itu tak satu pun diambil gambarnya :) pada keasyikan makan es krimnya sih :)
Bagi temen-temen yang belum tahu roti mariyam, ini nih bisa dilihat seperti apa roti mariyam itu. Terpaksa deh nyari di internet hehehe
senangnya dapat kejutan ya
BalasHapusYa begitulah Mbak :) Alhamdulillah masih ada yang perhatian dan mencintai saya hehehe termasuk Mbak Lidya. Baru aku posting eh Mbak Lidya udah koment. Ma kasih Mbak. Sayang, roti mariyamnya nggak nyampek ke Dik Pascal dan Alvin :)
HapusBarokallohu, Mbak Ananda.
BalasHapusIkut mengaminkan apa yang menjadi doa dan harapan, Mbak Ananda dan keluarga. Amin, ya Rabb.
LIhat kue Mariyamnya jadi cleguk! ngiler.com
Jazakumullah doanya.
HapusMasak sih sampai ngiler segala, itu lho cuma gambarnya doang hehehe, bisa-bisa kalau lihat roti maryamnya beneran kayak apa ya? :) Nggak bisa dibayangin deh
Senangnya mendapatkan kejutan. BErarti mereka semua perhatian yaa :)
BalasHapusItu roti maryam bukannya yang bergulung-gulung mirip obat nyamuk itu ya, yang dimana dengan karih?
emm...roti maryam bentuknya kayak telur dadar jadi bukan digulung-gulung Mbak dan makannya diiris2 dulu. Bisa dimakan dengan selai atau kalau orang Madura makannya dengan kuah gulai kacang hijau. Tapi saya sendiri lebih enak kalau dimakan bersama selai, rasanya lebih nikmat :)
HapusKarih? Sejenis apa ya Mbak?
sering edengar ttg roti maryam, tapi baru kali ini lihat penampakannya. Sepintas kayak serabih ya Mbak...#ngawur
BalasHapusLha Mbak Ananda juga Ultah...semoga dikaruniai usia yg berkah dan manfaat ya Mbak. Semoga di ijabah semua doa dan harapan baiknya
Kalau serabi kan masaknya tidak boleh dibolak-balik, kalau yang ini boleh dibolak-balik. Mampir ke Surabaya Mbak, insya Allah nanti aku suguhin roti maryam hehehe
HapusAmin Ya Robbal'alamin. Jazakumullah doanya Mbak.