Senin, 18 Juni 2012

SECEPAT ITUKAH ?




          “Maukah kamu menjadi istriku?”
Kata-kata itulah yang sempat melambungkan angan-anganku. Menggetarkan hati dan jiwaku saat itu. Mimpikah aku? Sempat ada keraguan tapi kutepis semua itu.
“Maukah kamu menjadi istriku?”
Kembali dia mengulangi kata-katanya. Jantungku terasa berhenti berdetak. Belum pernah satu pun laki-laki yang berani mengungkapkan kata-kata itu kepadaku. Aku menahan nafas mendengar tawarannya. Sungguh diluar dugaanku.
Aku hanya bisa berkata," Aku masih punya orang tua. Aku bicarakan dulu dengan kedua orang tuaku. Apakah nggak sebaiknya kita sholat istikharah terlebih dahulu? Jadi kita sama-sama memohon kepada Allah untuk memantapkan hati. Kita tidak tahu “Rahasia” Allah dibalik semua itu. Kalau kita sudah melakukan sholat istikharah, nantinya apa pun yang terjadi dan bagaimana pun hasilnya, kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada atas keputusanNya. Insya Allah aku jawab maksimal setelah sholat Idul Adha, kira-kira empat hari lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan tidak sampai empat hari, kalau memang sudah ada jawaban akan aku sampaikan langsung. Gimana?”
”Ya sudah, nggak apa-apa. Aku tunggu, assalaamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
***
Belum sampai empat hari, Allah sudah menjawab semua doaku. Inikah jodohku? Inikah belahan jiwaku yang Engkau pilihkan untukku? Hari itu aku semakin mantap. Aku ingin hidup bersamanya, bersama pilihanMu Ya Robbi.
Aku ingin segera menyampaikan berita gembira ini. Akhirnya aku beranikan diri untuk menelponnya. Tapi jawaban apa yang aku terima? Sungguh tak kusangka dengan semua pengakuanmu.
“Bagaimana dengan yang kemarin?” tanyaku kala itu tanpa basa-basi terlebih dahulu.
“Kemarin…, yang mana?”
“Kemarin kan nawarin aku menjadi istrimu?”
“Ohh…yang itu. Kemarin aku cuma nanya aja kok. Nggak sungguhan.”
Dengan santainya dia menjawab semua itu.
Aku terdiam, tak mampu berkata apa-apa lagi. Tiba-tiba aku menangis begitu saja mendengar jawabannya. Dia bingung mendengar suaraku serak sambil terisak. Aku belum pernah menangis sehebat ini di depan laki-laki yang bukan muhrimku. Tapi aku tidak tahu, kenapa aku harus menangis?
          Akhirnya dia mengaku. Dia dulu pernah dikecewakan seseorang, menikah dengan orang lain tanpa sepengetahuannya. Dia merasa trauma dan tidak mau kejadian itu terulang lagi. Dia tidak menyangka kalau ternyata aku menerimanya. Dia pikir aku tidak akan menerimanya karena setiap kali mengajakku jalan berdua, aku selalu menolaknya. Aku bilang tidak baik jalan berdua kalau belum ada ikatan apa-apa.
Dia ingin aku menjawabnya detik itu juga, tidak perlu menunggu sholat istikharah atau rundingan dulu dengan keluargaku. Akhirnya dia pun memilih orang lain yang dia anggap lebih baik.
          Secepat itukah? Hanya karena takut aku menolaknya lantas dia begitu gampangnya pindah ke lain hati? Tak sabarkah dia menungguku barang sebentar? Aku hanya ingin pacaran setelah menikah. Itu akan lebih indah pada akhirnya.
         
Ya Allah…
          Salahkah aku?
          Bila dalam segala urusanku
          Aku menyertakanMU…
Salahkah aku?
Bila dalam setiap langkahku
Aku bersandar kepada-MU
Ampuni hambaMU ini Ya Robbi…

***





6 komentar:

  1. wah cerita nyata yah ukht?sdih bgd. memang terkdang justru yg spti itu menjadi hikmah dan kita blum cepet2 ambil keputusan memilihnya krna dia bukan tulang rusukmu ukht. Mungkin dia bukan yg terbaik. masih ada yang terbaik.

    sabar. ttp istiqomah..^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf kalau tulisan ini membuat Mbak Annur sedih, bukan bermaksud seperti itu. Tulisan ini pernah aku ikutkan lomba FF tapi ya begitulah Mbak bahasaku masih belepotan, masih perlu banyak perbaikan hehehe ya akhirnya gak kepilih deh :)

      Kalau masalah nyata nggaknya sih ya sedikit banyak masih membawa dirinya sendiri karena aku masih dalam taraf belajar menulis :)

      Ma kasih telah diingatkan. Amin. Semoga tetap sabar dan istiqomah. Jazakumullah Mbak.

      Hapus
  2. semoga selalu yang terbaik untukmu ya mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Ya Robb..terima kasih Bunda. Wah gimana nih kabar Kanaya, lama saya nggak menjenguknya :) Salam buat Si Cantik ya Bunda :) Peluk cium dari jauh ya hehehe

      Btw, tulisan ini pernah saya ikutkan lomba FF Bunda dan belum layak untuk dipilih hehehe makanya saya share disini. Kalau dibaca-baca sih masih perlu banyak perbaikan Bunda :) Semoga bermanfaat buat siapa aja yang membacanya dan tidak lupa juga pelajaran buat diri saya sendiri. Ma kasih kunjungannya Bunda.

      Hapus
  3. kisahnya sangat mengharukan, namun memberi pencecarahan mbak.
    saya sangat senang dengan paragraf yang ini

    Dia ingin aku menjawabnya detik itu juga, tidak perlu menunggu sholat istikharah atau rundingan dulu dengan keluargaku. Akhirnya dia pun memilih orang lain yang dia anggap lebih baik.

    kelihatan sedih dan menyakitkan diawa, tapi Allah telah menunjukan jalan yang lebih baik
    amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, bukan bermaksud saya membuat sedih orang yang membacanya. Amin dan alhamdulillah kalau bisa memberi pencerahan.

      Ya ini hanya sekedar tulisan tapi memang sedikit banyak masih membawa diri sendiri :) harapan saya ada hikmah dan manfaat yang bisa dimabil bagi yang membacanya dan pelajaran buat diri saya sendiri.

      Mohon kritikan dan sarannya.

      Hapus